Total Pageviews

Friday, July 20, 2012

Tugas mandiri Mata kuliah pendidikan perbandingan


BAB III
HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN ASPEK KEHIDUPAN

Pada awal Bab II telah dikemukakan tentang adanya masalah-masalah pendidikan.Masalah ini timbul bila ada kesengajaan tentang teori dan praktek atau antara tujuan dan pelaksanaan serta hasinya.Lain dari pada itu setelah pada bagian dikemukakan tentang tujuan pendidikan,baik yang telah dirumuskan  dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maupun pada rumusan yang lain,telah dikemukakan suatu konstatasi bahwa pendidikan itu merupakan karya manusia yang kompleks sifatnya.
Berhubung dengan itu dapatlah diterima suatu ungkapan bahwa pendidikan itu tidaklah berfungsi sui generis-atau berfungsi sendiri,melainkan berfungsi dalam kaitan dengan aspek-aspek lain dalam ruang lingkup kehidupan manusia.Tulisan ini seberapa dapat memperhatikan hal-hal tersebut.
Beberapa Titik Pandang
            Pendidikan menurut adanya landasan pemikiran yang sistematis,dan dalam pelaksanaan hendaklah berada dalam ruang lingkup sistem.Dalam hubungan ini, I.L Kandel memandang perlu adanya perhatian terhadap hal-hal yang tidak nampak (intangable)dalam pendidikan.Secara khusus untuk ini dapat disebutkan ideologi yang dianut oleh bangsa atau negara yang bersangkutan.
            Telah menjadi kenyataan bahwa untuk indonesia pendidikan menjadi wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,sejahtera lahir dan batin. Dalam manifestasinya,untuk mencapai tujuan tersebut, landasan-landasan di atas dirumuskan  dalam program-program pendidikan yang cukup bervariasi.
Bila ditinjau dari latarbelakang perkembangan yang bersifat Internasional,perkembangan pendidikan yang pesat lajunya dimana-mana sekarang ini asalmulanya pemikirannyadidorond oleh pertimbangan yang datangnya tepat pada waktunyadan yang bersifat Internasional pula.Dalam sejarah pendidikan tercatat Konperensi-konperensi Addis Abeda ( 1966 ),Kerachi ( 1960 ),dan santiago (1962 ),yang menerima resolusi-resolusi agar untuk Afrika dan Asia telah dapat diujudkan adanya pendidikan universal pada tahun delapan puluhan.
Tiga konperensi Internasional yang disponsori ONESCO itu menjadi pendorong lajunyapertumbuhan pendidikan persekolahan.Para pemikir dan ahli perencanaan pendidikan berpendapat selain pendidikan ini perlu dikembangkan secara nyata karena dipandang sebagai wahana terwujudnya kemajuan,juga kerena dalam kemajuan itu diperlukan sejumlah yang berpendidikan menengah dan tinggi.
Oleh karena pendidikan formal telah demikian  menonjol maka jalur pendidikan ini merupakan bagian yang menjadi perhatian tulisan ini.
A.Tiga Aspek Kehidupan
Dengan mengingat bahwa pendidikan formal ( persekolahan ) tidaklah semata-mata berfungsi  sui generi,maka,tinjauan untuk ini akan dikaitkan dengan aspek-aspek tertentu. Dalam hubungan ini akan di gunakan titik pandang fungsional. Maka pengembangan aspek-aspek kehidupan utama,yaitu sosial,ekonomi,dan politik,akan dibahas secara khusus.
Pertimbangan lain tentang pemilihan aspek-aspek itu juga berdasarkan atas kenyataan bahwa rumusan  tentang tujuan pendidikan yang telah di tunjukkan di muka(Bab II)mempunyai kewajaran bila pengembangan aspek-aspek kehidupan tersebut menjadi sasarannya.Tentang hal ini dapat diketengahkan dengan agak terperinci sebagai berikut:
a.       Ruang lingkup aspek kehidupan sosial memberikan tempat bagi pengembangan pribadi dan peningkatan diri sendiri,yang meliputi segi mental,moral,dan spiritual.
b.      Ketiga aspek kehidupan memberi peluang bagi peningkatan peranan individu sebagai warga negar
c.       Demikian pula untuk pemilihan dan pengembangan penghidupan dan kehidupan individu yang bersangkutan.
Bila hal-hal tersebut dikaitkan dengan maksud tulisan ini,ialah mengenal peranan pendidikan formal,maka,yang ingin diketahui adalah peranan jenis pendidikan ini bagi pengembangan tiga aspek kehidupan tersebut.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu akan ditinjau adanya beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan pemahaman proses perubahan dan pengembangan aspek-aspek kehidupan sosial,ekonomi,dan politik.Teori-teori ini hanya akan dipilih beberapa yang sekitarnya relevan untuk studi perbandingan dalam pendidikan.
            Secara alami masyarakat dan kebudayaan selalu berubah,tidak akan tetap sama sepanjang masa.Perubahan yang dimaksud,untuk negara modren,telah menjadi fenomena yang rutin sifatnya.Untuk negara berkembang diharapkan terjadi baik dengan ditunggu sampai menghampirinya maupun diusahakan dengan sengaja agar segera terjadi.
            Sekarang ada beberapa istilah yang menunjukkan pada taraf perkembangan suatu negara,yang digunakan silih berganti,yaitu negara maj,negara modren,dan negara berkembang.Biasanya istilah negara maju dan negara modren dipandang sama.Sedangkan negara berkembang berarti negara yang sedang mengalami proses untuk mencapai taraf negara maju atau modern.
                        Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki dan taraf perkembangan yang dicapai,negara modren sering disebut dunua pertama,sedangkan negara-negara berkembang disebut dunua ketiga.Negara modren telah mencapai taraf yang tinggi dalam kehidupan masyarakat disebabkan oleh perkembangan ilmu,teknologi,dan industrialisasi.Negara berkembang kaya akan sumber daya,namun,belum mencapai teraf perkembangan setinggi itu.
a)      Daniel Lerner mendeskripsikan tentang masyarakat modren sebagai pemilik corak-corak kehidupan yang menonjol sebagai berikut :
b)      Memiliki pertumbuhan ekonomi sampai taraf tertentu,atau setidak-tidaknya pertumbuhan yang memadahi untuk produksi dan konsumsi secara teratur,
c)      Adanya partisipasi warga masyarakat dalam hal pemerintahan secara demokratis,
d)      Kemampuan berfikir yang rasional dan realistik,
e)      Adanya mobilitasdalam masyarakat dalam arti psikik,fisik,dan sosial,Adamya transformasi pengetahuan,kecakapan,dan ketrampilan,kepada warga masyarakat hingga mereka mampu berfungsi(berperan)efektif dalam tata masyarakat.
Ini berarti pula warga masyarakat pada umumnya dapat menyelesaikan pendidikan sampai taraf tertentu dan hidup dalam masyarakat yang bercorak perkotaan dan industrial.
Ahli ilmu sejarah,yaitu C.E Black mengemukakan bahwa,untuk menjadi modren,suatu masyarakat perlu melewati beberapa tahab perkembangan,yaitu:
1.      Adanya pengarahan terhadap gagasan-ggasan tentang modernisasi serta lembaga-lembaga modren.Sebagai contoh tentang gagasan modren,misalnya cara mengetahui dengan melalui proses ilmiah tentang adanya penyakit tertentu,dan penyembuhannya dengan cara-cara medis.Selanjutnya,agar segalayang menyangkut kesehatan dapat dikelola dengan baik,dibentuknya rumah sakit atau pusat kesehatan sebagai lembaganya.
2.      Adanaya transfer kekuasaan dari pemimpin-pemimpin yang berjiwa tradisional kepemimpin-pemimpin yang berjiwa modren.
3.      Trasformasi dalam bidang sosial-ekonomi dari masyarakat pedusunan ( rural ) menjadi masyarakat yang bercirikan perkotaan ( urban ) dan industrial.
4.      Integrasi kaltural dalam masyarakat yang mengendaki reorganisasi sosial.Sebagai misal:oleh karena komunikasi dalam masyarakat modren itu penting maka budaya baru timbul yaitu,tata hubungan dalam masyarakat menjadi langgar dalam arti hubungan pribadi antar warganya.
Ulasan dari dua tesebut menunjukkan bahwa untuk menjadi modren suatu masyarakat perlu mengalami proses yang panjang,yang berarti memerlukan waktu yang lama.
Kalau pada awal modernisasi suatu negara mempunyai penduduk yang 85 persen di antaranya berada di perdesaan dan hidup secara tradisional sebagai petani,maka bila secara bertahab jumlah tersebut dikurangi dengan lima persen,proses modernisasi itu akan memerlukan waktu tujuh belas tahun
Waktu yang demikian  panjang dilewati oleh sementara negara yang kini mencapai taraf modrenisasi.Bagi negara-negara berkembang waktu yang demikian panjang akan dipandang sebagai kelambanan.Negara-negara ini lahir di tengah-tengah banyak negara lain yang sebagaian telah modren.
Berhubung denagan itu wajarlah bila negara-negara berkemang berusaha lebih cepat dibandingkan denagan negara-negara tersebut.
Ekonomi
            Dalam mencapai taraf ekonomi yang tinggi,tidaklah terjadi dengan tiba-tiba.usaha pengembangan dilakukan dalam jangka yang lama,dan sekarang negara-negara maju di Barat itu mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivotas yang cukup tinggi.Dalam berlangsungnya proses ini peranan manusia besar karena pertumbuhan ekonomi itu memerlukan dukungan sumber daya manusian yang berkualitas tinggi.
Politik
            Perkembangan dalam bidang politik adalah proses-proses yang terjadi sedemikian hongga orang menghayati dan mengamalkan norma dan nilai-nilai yang bersumber pada sisitem politik.
            Dalam kaitan perkembangan dalam bidang politik dengan sisitem persekolahan,James S.Coleman berpendapat bahwa apa saja yang berada dalam negara perihal kewargaan negara hendaklah juga berada di sekolah.
            Selanjutnya,tokoh tersebut mengemukakan bahwa peranan sisteem persekolahan dalam bidang politik dapat dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu:
a)      Sosialisasi politik,artinya sistem persekolahan merupakan institusi  untuk sosialisasi peserta didik terhadap budaya politik nasional ;
b)      Seleksi dan latihan bagi golongan terkemuka ( elite ) dalam bidang politi;
c)      Integrasi politik dan pembangunan kesadaran politik nasional
B.Konsep Pengembangan Pendidikan
            Negara-negara berkembang pada umumnya lahir sebagai hasil perjuangan melawan atau melepaskan diri dari Negara-negara penjajahnya. Pada waktu itu Negara-negara penjajahnya telah tergolong Negara modern.
            Oleh karena itu dapat dimengerti pula bahwa asumsi dan selanjutnya teori yang menyatakan perkembangan suatu masyarakatitu pada asasnya bergerak dari yang bersifat tradisional menuju pada tahap yang bersifat modern. Teori ini cukup memadai untuk di terima karena bila masyarakat telah menerima nilai-nilai yang tergolong modern, masyarakat ini menjadi lebih terbuka, mempunyai kreativitas, dan dinamis.
            Seiring dengan teori tersebut, dengan mengingat kedudukan manusia yang demikian penting artinya bagi suatu perkembangan, timbullah teori lain yang dewasa ini dikenal sebagai teori sumberdaya manusia.
            Pencetus teori ini adalah T.W. Schult.
            Tokoh ini berpendapat bahwa perkembangan suatu masyarakat itu pada hakekatnya berlandaskan pada investasi manusiawi. Dengan produktivitas seseorang, yang terbukti pada peningkatan penghasilan, maka akan terangkatlah masyarakat ketaraf yang lebih tinggi.
            Dengan demikian dapat disusun anggapan bahwa perkembangan system pendidikan Negara berkembang dewasa ini, selain di pengaruhi oleh tekad untuk memenuhi tuntutan-tuntutan jaman yang selalu meningkat ( rising demands ), juga di asumsikan di pengaruhi oleh teori tersebut. Harapan tentang peranan pendidikan bagi pengembangan masyarakat menjadi besar.
Teori lain yang perlu mendapatkan perhatian ialah teori struktural dan fungsional tentang perkembangan masyarakat. Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok yang mempunyai tempat dalam struktur dengan fungsinya masing-masing,dan saling berhubungan secara harmonis.Masyarakat akan berkembangan bila kelompok-kelompok itu ditingkatkan kedudukannya menurut struktur ,peran,dan fungsinya secara harmonis pula.Teori ini berasal dari Talcot Parsons.
Sudah barang tentu peranan pendidikan penting pula dalam rangka pengembangan masyarakat seperti yang dikemukakan oleh parsons ini. Ada beberapa tahap yang dapat dikembangkan. Pertama pendidikan universal berlandaskan kebijaksanaan wajib belajar untuk semua warga masyarakat. Setelah itu, untuk memenuhi minat dan perhatian tiap kelompok dikembangkan baik yang bersifat akademik-ilmiah maupun vokasional, teknologi dan professional.
Di samping teori-teori dari schulz dan Parsons perlu diketengahkan tentang teori perkembangan masyarakat pada umumnya. Penyajiannya diperlukan karena ada sejumlah teori yang dapat di pandang kurang sesuai dengan usaha-usaha untuk mencapai kemajuan atau modernisasi.
Ada dua teori yang bias di pandang “berlawanan” satu sama lain, yaitu teori siklis dengan nada pesimistik dan linier dengan nada optimistic. Yang pertama memandang bahwa masyarakat itu akan terus menerus mengalami perkembangan dan kemunduran, silih berganti. Teori ini tergolong klasik dan dikembangkan sejak zaman Yunani dan Romawi.
Teori berikutnya disebut teori linier dan berkembang sejak zaman pencerahan ( Auflarung ). Perkembangan adalah gerakan progresif yang berlangsung terus-menerus berdasarkan atas penghargaan dan kepercayaan kepada kemanusiaan dan keyakinan bahwa masyarakat bergerak melewati tingkat-tingkat yang sama.
Teori-teori yang mengiringi hubungan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
            Cukup banyak ahli yang memberikan gambaran bahwa decade-dekade sesudah perang dunia II adalah decade-dekade pendidikan. Sejak perang dunia II selesai ahli-ahli pendidik atau negarawan-negarawan memandang perbaikan dalam banyak hal dapat dilakukan dengan melewati pendidikan. Harapan semacam inipun juga terlebih-lebih Nampak di Negara berkembang. Negara-negara yang baru lahir itu berada di tengah-tengah Negara modern dan maju, dan dengan sendirinya mempunyai cita-cita untuk memacu perkembangan nasionalnya secepayt mungkin. Harapan ini tertumpu pada pendidikan.
                        Untuk mengenali peranan pendidikan lebih lanjut berikut ini di paparkan beberapa teori.
Perihal peranan pendidikan terhadap perkembangan masyarakat dapat dijelaskan dengan terlebih dahulu mengamati beberapa teori berikut ini.
            Sebagaimana telah disebutkan di muka pengembangan masyarakat seyogyanya di dasari oleh teori linier progresif. Teori ini mengandung prinsip optimism, dan dengan sendirinya setepatnya dianut oleh Negara berkembang dengan program-program pengembangan masyarakat yang pada umumya bersifat multi dimensional atau multi sektor.
            Pandangan yang sejalan dengan teori tersebut dikemukakan oleh Gunnar Myrdal, ahli ekonomi keamanan, namun, yang mempunyai pandangan luas di lur bidang ekonomi. Tokoh ini mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan adalah gerak meningkat ( Menaik ) seliruh system social, dan tokoh ini percaya bahwa itu satu-satunya definisi yang dapat dipertahankan.
            Pandangan Myrdal ini dengan sendirinya meliputi factor-faktor ekonomis dan non-ekonomis. Pengembangan masyarakat bersifat multi dimensional.
            Oleh karena pendidikan diharapkan mempunyai peranan penting, maka timbul pertanyaan seberapa jauh pengaruh ( Effect ) pendidikan terhadap masyarakat. Harapan secara ideal tentulah pendidikan selalu mempunyai pengaruh positif terhadap masyarakat.
            Dengan telah dipaparkannya teori-teori modernisasi, sumberdaya manusia, dan structural fungsionalisme, pada bagian-bagian muka tulisan ini, maka kedudukannya tidak lain adalah sebagai teori-teori pengiring pula.
            Teori modernisasi memperkirakan antara lain bahwa masyarakat pada asasnya berkembang dari statusnya yang tradisional menjadi modern. Tiap anggota masyarakat diharapkan memahami dan bertingkah laku sesuai dengan budaya modern. Teori sumberdaya manusia mengandaikan bahwa masyarakat akan berkembang maju bila warga masyarakat dapat mengembangkan dirinya sesuai bakat dan minatnya. Taraf pengembangan, yang dilakukan lewat pendidikan ini, diharapkan mencapai taraf yang setingi-tingginya. Sedangkan teori structural fungsionalisme mengandaikan, bahwa masyarakat itu dapat dipandang sebagai system yang bagian-bagiannya  saling mempunyai ketergantungan. Kesemuanya perlu di kembangkan, namun perlu dijaga terwujudnya keseimbangan.
            Sampai kesekian dapat disimpulkan bahwa manusia ( warga masyarakat ) yang terdidik menjadi kunci perkembangan masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan sebagai wahana penyelesaian, secara institusional yang paling menarik dibandingkan dengan wahana-wahana lain yang kurang sifat kesenjangannya. Pendidikan hendaknya bersifat fungsional, artinya mempunyai makna dan berguna bagi masyarakat. Dengan demikian orang-orang yang terdidik dapat mengadakan sosialisasi yang fungsional pula.
            Lain dari itu perlu dipertimbangkan pula mengenai teori alokasi dan teori legimitasi.
Teori alokasi, di samping memberikan tekanan terhadap pengaruh terhadap individu subyek didik, juga terhadap sifat pengaruh itu terhadap factor-faktor structural di luar sekolah atau lembaga pendidikan yamg lain. Salah seorang tokoh yang menekuni masalah ini , yaitu John W. Meyer, mengatakan antara lain bahwapendidikan itu lebih berfungsi sebagai pemilih, penyortir, dan penjatah daripada hanya sebagai lembaga sosialisasi.
            Berhubung dengan itu efek sosialisasi suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang lain terletak pada seberapa jauh program pendidikan tertentu dapat memberikan bekal hingga peserta didiknya dapat mempunyai peran tertentu dalam masyarakat. Peranan itu hendaknya berkait dengan mobilitas keatas dari individu yang bersangkutan. Pendirian tersebut timbul atas dasar asumsi bahwa pendidikan adalah institsi yang terstruktur dalam masyarakat.
            Teori ini mengisyaratkan adanya pengamatan yang cermat antara struktur masyarakat dan program pendidikan baik yang masih diantipasikan maupun yang nyata dalam konkretnya. Pendidikan beserta program-programnya hendaknya bersifat reflektif dan direktif terhadap masyarakat.
            Teori berikutnya, yaitu teori legimitasi mempunyai nada yang hamper sama dengan teori alokasi karena menunjukkan pendidikan itu terbangun ( constructed ) secara social. Jadi tidak hanya merangkum berbagai keadaan social ( social setting ). Dalam menjalankan programnya pendidikan bukanlah hanya menjadi wahana sosialisasi, tetapi mampu mempengaruhi hingga terjadi perubahanatau peningkatan kualitas hidup dalam masyarakat. Lebih dari itu pendidikan modern sekarang ini malahandapat menghasilkan orang-orang yang mampu memegang jabatan dan peran baru dalam masyarakat.
            Teori legimitasi menghendaki agar pendidikan itu selalu di usahakan kerujukannya terhadap masyarakat. Bila demikian maka pendidikan tidak hanya mempertahankan struktur masyarakat, melainkan dapat berpengaruh kearah perkembangannya.
            Pokok-pokok pikir direktif
            Setelah mengetengahkan uraian singkat tentang sejumlah teori sebagaimana tertera pada bagian-bagian di muka, bagian ini mengetengahkan beberapa butir pemikiran yang diharapkan dapat menjadi pegangan untuk mempelajari pendidikan di Negara berkembang. Rasional yang melatarbelakangi adalah uraian-uraian yang terdahulu.
            Selain ingin mewujudkan idealisme bersendikan atas filsafat dan pandangan hidup, Negara-negara berkembang, secara konkrit juga berusaha untuk mewujudkan melewati strategi politik, yang biasanya cukup rumit dalam merealisasikannya. Negara berkembang berhadapan dengan tantangan modernisasi untuk perkembangan aspek kehidupan sosialnya, yang dibarengi oleh tuntunan pertumbuhan ekonomi yang efisien.
            Strategi politik umumnya mengutamakan terwujudnya kesatuan, dan persatuan nasional. Dengan demikian mobolitas warga masyarakat untuk peningkatan dalam segala bidang kehidupan dapat dilakukan.
            Oleh karena pad umumnya Negara berkembang mempunyai rancangan pembangunan yang berthap-tahap, maka, perubahan dan perkembangan masyarakat dapat diartikan berimpit dengan pembangunan masyarakat.
            Pembangunan adalah perubahan dan perkembangan secara nyata diarahkan kepada sasaran-sasaran tertentu. Maka, dapatlah dimengerti bila diperlukan mobilitas warga masyarakat.
Tulisan ini selanjutnya berusaha menelaah peranan pendidikan formal bagi perwujudan tiga aspek daripadanya.

BAB IV
PERAN PENDIDIKAN FORMAL
Ketika pada Bab III disinggung tentang konperensi-konperensi Adis Abbaba, Karachi, dan Santiago segera terbayang adanya gambaran, tentang perlunya pendidikan universal bagi Negara-negara yang belum tergolong maju pada waktu itu. Gejala itu mendorong adanya usaha yang sungguh-sungguh bagi negara-negara yang bersangkutan untuk mewujudkan wajib belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa sesuai dengan harapan tiga konperensi itu sebagian negara-negara tersebut dapat mengimplementasikannya pada taraf pendidikan dasar pada permulaan tahun delapan puluhan.
Gerakan itu ternyata tidak hanya menumbuhkan kepercayaan tentang perlunya pendidikan dasar bagi pembangunan, malahan sampai-sampai pada keseluruhan pendidikan formal. Dukungan finansial juga berkembang agar gerakan yang dimaksud berhasil.
Dalam konteks ini,dengan adanya pendidikan formal, berarti harapan, terutama pada negara-negara yang baru merdeka, tentang adanya kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negaranya untuk memperoleh pendidikan, akan berarti adanya penanaman modal pada sektor sumber daya manusia yang sifatnya strategis.Bila ditinjau dari sudut anggaran yang disediakan, selalu terdapat kenaikan, dan malahan kenaikan per tahunnya dalam arti persentase, ada kalanya lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju.
Penempatan pendidikan formal yang demikian penting itu juga dibarengi harapan selain pendidikan itu berguna bagi individu-individu yang menikmati, juga diharapkan mendorong kemajuan pada umumnya. Sekolah diharapkan merupakan wahana kemajuan social, pertumbuhan ekonom, dan lain aspek kehidupan seperti politik.
Tulisan ini selanjutnya akan mengetengahkan data di sekitar sektor-sektor tersebut serta berusaha menunjukkan perwujudan harapan itu.
           
A.     Dana Pendidikan
            Oleh karena adanya kepercayaan yang begitu besar terhadap pendidikan formal pada khususnya, dana untuk pendidikan yang disediakan oleh negara-negara maju maupun berkembang selalu menaik. Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan Gross National Product ( GNP ).
           


berikut Catatan  : Kenaikan rata-rata pertahun dalam persentase.
Sumber  : a. Leo Gold Stone, Learning in the World, UNESCO .
                     Series A, no. 1, 1971, p. 25. Table 15.  
                 b. UNESCO, Statistical Yearbook, 1975, ( Paris, 1976
Kecenderungan untuk naik itu terus ada karena kenyataan juga menunjukkan bahwa pendidikan yang menjadi baik akan memerlukan dana yang meningkat. Untuk ini dapatlah diterima pandangan pengamat yang mengatakan bahwa pendidikan itu selain bersifat padat karya juga padat modal. Banyak orang terlibat dalam bidang pendidikan beserta dananya pula.
            Kepercayaan akan perlunya pengembangan pendidikan juga dapat dari data yang dikumpulkan oleh Bank Dunia ( World Bank ) pada tahun 1980, yang dikutip oleh Ingemar Fagerlind dalam bukunya yang berjudul Education and National Development, sebagai berikut : 
    Taraf Melek Huruf
         (dalam persentase) berbagai Negara dengan
tingkat perkembangan yang berbeda-beda

   1960
       1975
Negara-negara berpendapat
rendah
Negara-negara berpendapat menegah
Negara-negara Industri
    29


    51
     -
        38


       71
       99
Sumber : World Bank,  “Education”,  world Develomment Reort 1980,Washington,D.C Table 23,pp.154-               155           
Tabel  yang tertera di atas menunjukkan pertelan bagi orang dewasa.Berarti daftar ini meliputi hasil pendidikan formal dan non-formal.Disamping itu pertelan ini juga menunjukkan bahwa kenaikan itu terjadi pula pada negara-negara yang tergolong berpenghasilan menengah dan rendah.Kalau data semacam itu diambil lagi menjelang atau dalam tahun delapan puluhan persentase bagi dua kelompok negara itu tentulah akan menjadi lebih tinggi.
            Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan Tinggi
65 juta
7,5 juta
0,9 juta
236 juta
67 juta
10 juta

Data tersebut khusus mengenai sistem pendidikan formal karena menunjukkan tingkat-tingkat pendidikan dasar,menengah,dan tinggi.Bila dimasukkan pendidikan non-formal tentulah angka-angka itu akan lebih tinggi lagi.
            Dengan menggunakan data lain,yaitu yang dikumpulkan oleh ONESCO seperti yang di kutip oleh Francis Wong dalam bukunya Comparative Studies in  Southeast Asian Edication,dapat diketahui adanya kenaikan populasi semua tingkat pendidikan. Data mengenai Malaysia dan Filipina menunjukkan gambaran sebagai berikut :
Jumlah siswa sebagai persentase dari jumlah penduduk

 Negara
Tahun
Perkiraan penduduk usia remaja
Populasi siswa pada semua tingkat pendidikan.
Persentase populasi
Malaysia
1950
1955
1960
1965
1967
6.100
6.909
8.141
9.421
10,071
685
964
1.429
1.848
2,110
11,2
13,8
17,6
19,6
21,0
Filipina
1950
1955
1960
1963
1968
20.316
23.568
27.435
30.384
37.000
-
4.287
5.116
6.595
8.800
-
18,2
18,8
21,8
25.00

( dalam ribuan )
            Kenaiakan dalam jangka waktu yang tertera pada pertelan adalah tiga kali lipat. Tetapi, persentase itu masih rendah bila dibandingkan secara proporsional terhadap seluruh populasi angkatan muda yang seharusnya masuk kedalam sistem persekolahan. Seandainya secara ideal diperlukan secara proposial lima puluh persen angka-angka itu masih perlu dilipat gandakan. Kelipatan akan lebih besar bila persentase ideal itu tujuh puluh.
            Pengamatan dan rekaman oleh UNESCO serta para ahli untuk pendidikan dasar tidaklah demikia, karena untuk Malaysia, bila pada tahun 1950 hanya mencapai 61 persen, pada tahun 1966 telah mencapai 90 persen. Untuk Filipina pada tahun 1980 telah mencapai 92 persen.
            Untuk Indonesia, ketika Pemerintah mencanangkan wajib belajar (taraf SD), siswa yang telah ada dalam sistem persekolahan dasar mencapai sekitar sembilan puluh persen. Ini terjadi pada tahun 1984.
            Meskipun persentase distribusi populasi siswa ini lebih rendah untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, untuk tingkat-tingkat ini pun ada kecenderungan naik. Persentase itu nampak sebagai berikut:




Kenaikan Populasi Siswa SM dan PT Dua Negara

Negara
Tahun
Tingkat Pendidikan
Menengah
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Malaysia
1955
1960
1964
11,3
12,6
19,00
0,1
0,2
0,3
Filipina
1955
1960
1964
13,5
12,9
14,8
5,0
6,0
5,8
           
            Persentase ini diambil atas dasar seluruh populasi pendidikan.
            Suatu perbandingan tentang kenaikan rata-rata dana untuk pendidikan,di gambarkan oleh John Simmons.
            Kesimpulanyang diambil setelah memperhatikan angka-angka tersebut ialah : pendidikan kedudukannya penting dalam pembangunan negara atau masyarakat yang bersangkutan.
            Pada negara-negara maju sekitar 75 samapi 100 tahun yang lalu pencapaian prestasi yang menonjol Miosalnya : Inggris pada pertengahan abad XIX. Amerika Serikat pada pertengahan abad XIX. Jepang pada pertengahan abad XX.
B.     Pendidikan Dasar dan Menengah
           Bila peranan pendidikan dasar itu ditinjau dari tujuan pendidikan aspek demi aspek hasilnya lebih kurang sebagai  berikut :
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan dasar mempunyai peranan awal bagi perkembangan pribadi serta peningkatan diri bagi subyek didiknya.
            Lulusan pendidikan dasar masih terlalu muda untuk diharapkan mandiri mnencari kehidupan. Lain dari itu ada UU yang terdapat di banyak negara berkembang yang melarang memperkejakan anak di bawah usia 16 tahun.
            Dengan demikian dapat dikatakan tujuan pendidikan ketiga belum dapat dipenuhi oleh pendidikan dasar.Meskipun dewasa ini di negara-negara maju pun ada gerakan tentang  pendidikan yang mengarah pada karir, dan dimulai dari pendidikan dasar,namun pada tingkat ini hanya mengenalkan saja.
            Dengan mengingat argumentasi tersebut dapatlah di tarIk kesimpulan bahwa pendidikan dasar sifatnya seyogyanya bersifat universal,netral terhadap masalah-masalah kejujuran dan profesionalisasi, namun merupakan landasan kemajuan.

No comments: