BAB
III
Pada awal Bab
II telah dikemukakan tentang adanya masalah-masalah pendidikan.Masalah ini
timbul bila ada kesengajaan tentang teori dan praktek atau antara tujuan dan
pelaksanaan serta hasinya.Lain dari pada itu setelah pada bagian dikemukakan
tentang tujuan pendidikan,baik yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
maupun pada rumusan yang lain,telah dikemukakan suatu konstatasi bahwa
pendidikan itu merupakan karya manusia yang kompleks sifatnya.
Berhubung
dengan itu dapatlah diterima suatu ungkapan bahwa pendidikan itu tidaklah
berfungsi sui generis-atau berfungsi sendiri,melainkan berfungsi dalam
kaitan dengan aspek-aspek lain dalam ruang lingkup kehidupan manusia.Tulisan
ini seberapa dapat memperhatikan hal-hal tersebut.
Beberapa Titik Pandang
Pendidikan menurut adanya landasan pemikiran yang
sistematis,dan dalam pelaksanaan hendaklah berada dalam ruang lingkup
sistem.Dalam hubungan ini, I.L Kandel memandang perlu adanya perhatian terhadap
hal-hal yang tidak nampak (intangable)dalam pendidikan.Secara khusus
untuk ini dapat disebutkan ideologi yang dianut oleh bangsa atau negara yang
bersangkutan.
Telah menjadi kenyataan bahwa untuk indonesia pendidikan
menjadi wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur,sejahtera lahir dan batin. Dalam manifestasinya,untuk
mencapai tujuan tersebut, landasan-landasan di atas dirumuskan dalam program-program pendidikan yang cukup
bervariasi.
Bila ditinjau
dari latarbelakang perkembangan yang bersifat Internasional,perkembangan
pendidikan yang pesat lajunya dimana-mana sekarang ini asalmulanya
pemikirannyadidorond oleh pertimbangan yang datangnya tepat pada waktunyadan
yang bersifat Internasional pula.Dalam sejarah pendidikan tercatat
Konperensi-konperensi Addis Abeda ( 1966 ),Kerachi ( 1960 ),dan santiago (1962
),yang menerima resolusi-resolusi agar untuk Afrika dan Asia telah dapat
diujudkan adanya pendidikan universal pada tahun delapan puluhan.
Tiga
konperensi Internasional yang disponsori ONESCO itu menjadi pendorong
lajunyapertumbuhan pendidikan persekolahan.Para pemikir dan ahli perencanaan
pendidikan berpendapat selain pendidikan ini perlu dikembangkan secara nyata
karena dipandang sebagai wahana terwujudnya kemajuan,juga kerena dalam kemajuan
itu diperlukan sejumlah yang berpendidikan menengah dan tinggi.
Oleh karena
pendidikan formal telah demikian
menonjol maka jalur pendidikan ini merupakan bagian yang menjadi
perhatian tulisan ini.
A.Tiga Aspek Kehidupan
Dengan
mengingat bahwa pendidikan formal ( persekolahan ) tidaklah semata-mata berfungsi sui generi,maka,tinjauan untuk ini akan
dikaitkan dengan aspek-aspek tertentu. Dalam hubungan ini akan di gunakan titik
pandang fungsional. Maka pengembangan aspek-aspek kehidupan utama,yaitu
sosial,ekonomi,dan politik,akan dibahas secara khusus.
Pertimbangan
lain tentang pemilihan aspek-aspek itu juga berdasarkan atas kenyataan bahwa
rumusan tentang tujuan pendidikan yang
telah di tunjukkan di muka(Bab II)mempunyai kewajaran bila pengembangan
aspek-aspek kehidupan tersebut menjadi sasarannya.Tentang hal ini dapat
diketengahkan dengan agak terperinci sebagai berikut:
a.
Ruang
lingkup aspek kehidupan sosial memberikan tempat bagi pengembangan pribadi dan
peningkatan diri sendiri,yang meliputi segi mental,moral,dan spiritual.
b.
Ketiga
aspek kehidupan memberi peluang bagi peningkatan peranan individu sebagai warga
negar
c.
Demikian
pula untuk pemilihan dan pengembangan penghidupan dan kehidupan individu yang
bersangkutan.
Bila hal-hal
tersebut dikaitkan dengan maksud tulisan ini,ialah mengenal peranan pendidikan
formal,maka,yang ingin diketahui adalah peranan jenis pendidikan ini bagi
pengembangan tiga aspek kehidupan tersebut.
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu akan ditinjau adanya beberapa
teori yang dapat digunakan sebagai landasan pemahaman proses perubahan dan
pengembangan aspek-aspek kehidupan sosial,ekonomi,dan politik.Teori-teori ini
hanya akan dipilih beberapa yang sekitarnya relevan untuk studi perbandingan
dalam pendidikan.
Secara alami masyarakat dan kebudayaan selalu
berubah,tidak akan tetap sama sepanjang masa.Perubahan yang dimaksud,untuk
negara modren,telah menjadi fenomena yang rutin sifatnya.Untuk negara
berkembang diharapkan terjadi baik dengan ditunggu sampai menghampirinya maupun
diusahakan dengan sengaja agar segera terjadi.
Sekarang ada beberapa istilah yang menunjukkan pada taraf
perkembangan suatu negara,yang digunakan silih berganti,yaitu negara maj,negara
modren,dan negara berkembang.Biasanya istilah negara maju dan negara modren
dipandang sama.Sedangkan negara berkembang berarti negara yang sedang mengalami
proses untuk mencapai taraf negara maju atau modern.
Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki dan
taraf perkembangan yang dicapai,negara modren sering disebut dunua
pertama,sedangkan negara-negara berkembang disebut dunua ketiga.Negara modren
telah mencapai taraf yang tinggi dalam kehidupan masyarakat disebabkan oleh
perkembangan ilmu,teknologi,dan industrialisasi.Negara berkembang kaya akan
sumber daya,namun,belum mencapai teraf perkembangan setinggi itu.
a)
Daniel
Lerner mendeskripsikan tentang masyarakat modren sebagai pemilik corak-corak
kehidupan yang menonjol sebagai berikut :
b)
Memiliki
pertumbuhan ekonomi sampai taraf tertentu,atau setidak-tidaknya pertumbuhan
yang memadahi untuk produksi dan konsumsi secara teratur,
c)
Adanya
partisipasi warga masyarakat dalam hal pemerintahan secara demokratis,
d)
Kemampuan
berfikir yang rasional dan realistik,
e)
Adanya
mobilitasdalam masyarakat dalam arti psikik,fisik,dan sosial,Adamya
transformasi pengetahuan,kecakapan,dan ketrampilan,kepada warga masyarakat
hingga mereka mampu berfungsi(berperan)efektif dalam tata masyarakat.
Ini berarti
pula warga masyarakat pada umumnya dapat menyelesaikan pendidikan sampai taraf
tertentu dan hidup dalam masyarakat yang bercorak perkotaan dan industrial.
Ahli ilmu
sejarah,yaitu C.E Black mengemukakan bahwa,untuk menjadi modren,suatu
masyarakat perlu melewati beberapa tahab perkembangan,yaitu:
1.
Adanya pengarahan terhadap gagasan-ggasan tentang
modernisasi serta lembaga-lembaga modren.Sebagai contoh tentang gagasan
modren,misalnya cara mengetahui dengan melalui proses ilmiah tentang adanya
penyakit tertentu,dan penyembuhannya dengan cara-cara medis.Selanjutnya,agar
segalayang menyangkut kesehatan dapat dikelola dengan baik,dibentuknya rumah
sakit atau pusat kesehatan sebagai lembaganya.
2.
Adanaya
transfer kekuasaan dari pemimpin-pemimpin yang berjiwa tradisional
kepemimpin-pemimpin yang berjiwa modren.
3.
Trasformasi
dalam bidang sosial-ekonomi dari masyarakat pedusunan ( rural ) menjadi
masyarakat yang bercirikan perkotaan ( urban ) dan industrial.
4.
Integrasi
kaltural dalam masyarakat yang mengendaki reorganisasi sosial.Sebagai
misal:oleh karena komunikasi dalam masyarakat modren itu penting maka budaya
baru timbul yaitu,tata hubungan dalam masyarakat menjadi langgar dalam arti
hubungan pribadi antar warganya.
Ulasan
dari dua tesebut menunjukkan bahwa untuk menjadi modren suatu masyarakat perlu
mengalami proses yang panjang,yang berarti memerlukan waktu yang lama.
Kalau
pada awal modernisasi suatu negara mempunyai penduduk yang 85 persen di
antaranya berada di perdesaan dan hidup secara tradisional sebagai petani,maka
bila secara bertahab jumlah tersebut dikurangi dengan lima persen,proses
modernisasi itu akan memerlukan waktu tujuh belas tahun
Waktu
yang demikian panjang dilewati oleh
sementara negara yang kini mencapai taraf modrenisasi.Bagi negara-negara
berkembang waktu yang demikian panjang akan dipandang sebagai kelambanan.Negara-negara
ini lahir di tengah-tengah banyak negara lain yang sebagaian telah modren.
Berhubung
denagan itu wajarlah bila negara-negara berkemang berusaha lebih cepat
dibandingkan denagan negara-negara tersebut.
Ekonomi
Dalam
mencapai taraf ekonomi yang tinggi,tidaklah terjadi dengan tiba-tiba.usaha
pengembangan dilakukan dalam jangka yang lama,dan sekarang negara-negara maju
di Barat itu mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivotas yang
cukup tinggi.Dalam berlangsungnya proses ini peranan manusia besar karena
pertumbuhan ekonomi itu memerlukan dukungan sumber daya manusian yang
berkualitas tinggi.
Politik
Perkembangan
dalam bidang politik adalah proses-proses yang terjadi sedemikian hongga orang
menghayati dan mengamalkan norma dan nilai-nilai yang bersumber pada sisitem
politik.
Dalam
kaitan perkembangan dalam bidang politik dengan sisitem persekolahan,James
S.Coleman berpendapat bahwa apa saja yang berada dalam negara perihal kewargaan
negara hendaklah juga berada di sekolah.
Selanjutnya,tokoh
tersebut mengemukakan bahwa peranan sisteem persekolahan dalam bidang politik
dapat dibedakan menjadi tiga jenis,yaitu:
a)
Sosialisasi
politik,artinya sistem persekolahan merupakan institusi untuk sosialisasi peserta didik terhadap
budaya politik nasional ;
b)
Seleksi
dan latihan bagi golongan terkemuka ( elite ) dalam bidang politi;
c)
Integrasi
politik dan pembangunan kesadaran politik nasional
B.Konsep Pengembangan Pendidikan
Negara-negara berkembang pada
umumnya lahir sebagai hasil perjuangan melawan atau melepaskan diri dari
Negara-negara penjajahnya. Pada waktu itu Negara-negara penjajahnya telah
tergolong Negara modern.
Oleh
karena itu dapat dimengerti pula bahwa asumsi dan selanjutnya teori yang
menyatakan perkembangan suatu masyarakatitu pada asasnya bergerak dari yang
bersifat tradisional menuju pada tahap yang bersifat modern. Teori ini cukup
memadai untuk di terima karena bila masyarakat telah menerima nilai-nilai yang
tergolong modern, masyarakat ini menjadi lebih terbuka, mempunyai kreativitas,
dan dinamis.
Seiring
dengan teori tersebut, dengan mengingat kedudukan manusia yang demikian penting
artinya bagi suatu perkembangan, timbullah teori lain yang dewasa ini dikenal
sebagai teori sumberdaya manusia.
Pencetus
teori ini adalah T.W. Schult.
Tokoh
ini berpendapat bahwa perkembangan suatu masyarakat itu pada hakekatnya
berlandaskan pada investasi manusiawi. Dengan produktivitas seseorang, yang
terbukti pada peningkatan penghasilan, maka akan terangkatlah masyarakat
ketaraf yang lebih tinggi.
Dengan
demikian dapat disusun anggapan bahwa perkembangan system pendidikan Negara
berkembang dewasa ini, selain di pengaruhi oleh tekad untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan jaman yang selalu meningkat ( rising demands ), juga di
asumsikan di pengaruhi oleh teori tersebut. Harapan tentang peranan pendidikan
bagi pengembangan masyarakat menjadi besar.
Teori lain yang perlu
mendapatkan perhatian ialah teori struktural dan fungsional tentang
perkembangan masyarakat. Masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok yang mempunyai
tempat dalam struktur dengan fungsinya masing-masing,dan saling berhubungan
secara harmonis.Masyarakat akan berkembangan bila kelompok-kelompok itu
ditingkatkan kedudukannya menurut struktur ,peran,dan fungsinya secara harmonis
pula.Teori ini berasal dari Talcot Parsons.
Sudah barang tentu
peranan pendidikan penting pula dalam rangka pengembangan masyarakat seperti
yang dikemukakan oleh parsons ini. Ada beberapa tahap yang dapat dikembangkan.
Pertama pendidikan universal berlandaskan kebijaksanaan wajib belajar untuk
semua warga masyarakat. Setelah itu, untuk memenuhi minat dan perhatian tiap
kelompok dikembangkan baik yang bersifat akademik-ilmiah maupun vokasional,
teknologi dan professional.
Di samping
teori-teori dari schulz dan Parsons perlu diketengahkan tentang teori
perkembangan masyarakat pada umumnya. Penyajiannya diperlukan karena ada
sejumlah teori yang dapat di pandang kurang sesuai dengan usaha-usaha untuk
mencapai kemajuan atau modernisasi.
Ada dua teori yang
bias di pandang “berlawanan” satu sama lain, yaitu teori siklis dengan nada
pesimistik dan linier dengan nada optimistic. Yang pertama memandang bahwa
masyarakat itu akan terus menerus mengalami perkembangan dan kemunduran, silih
berganti. Teori ini tergolong klasik dan dikembangkan sejak zaman Yunani dan
Romawi.
Teori berikutnya
disebut teori linier dan berkembang sejak zaman pencerahan ( Auflarung ).
Perkembangan adalah gerakan progresif yang berlangsung terus-menerus
berdasarkan atas penghargaan dan kepercayaan kepada kemanusiaan dan keyakinan
bahwa masyarakat bergerak melewati tingkat-tingkat yang sama.
Teori-teori yang mengiringi
hubungan pendidikan dengan perkembangan masyarakat
Cukup
banyak ahli yang memberikan gambaran bahwa decade-dekade sesudah perang dunia
II adalah decade-dekade pendidikan. Sejak perang dunia II selesai ahli-ahli
pendidik atau negarawan-negarawan memandang perbaikan dalam banyak hal dapat
dilakukan dengan melewati pendidikan. Harapan semacam inipun juga
terlebih-lebih Nampak di Negara berkembang. Negara-negara yang baru lahir itu
berada di tengah-tengah Negara modern dan maju, dan dengan sendirinya mempunyai
cita-cita untuk memacu perkembangan nasionalnya secepayt mungkin. Harapan ini
tertumpu pada pendidikan.
Untuk
mengenali peranan pendidikan lebih lanjut berikut ini di paparkan beberapa
teori.
Perihal peranan pendidikan
terhadap perkembangan masyarakat dapat dijelaskan dengan terlebih dahulu
mengamati beberapa teori berikut ini.
Sebagaimana
telah disebutkan di muka pengembangan masyarakat seyogyanya di dasari oleh
teori linier progresif. Teori ini mengandung prinsip optimism, dan dengan
sendirinya setepatnya dianut oleh Negara berkembang dengan program-program
pengembangan masyarakat yang pada umumya bersifat multi dimensional atau multi
sektor.
Pandangan
yang sejalan dengan teori tersebut dikemukakan oleh Gunnar Myrdal, ahli ekonomi
keamanan, namun, yang mempunyai pandangan luas di lur bidang ekonomi. Tokoh ini
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan adalah gerak meningkat (
Menaik ) seliruh system social, dan tokoh ini percaya bahwa itu satu-satunya
definisi yang dapat dipertahankan.
Pandangan
Myrdal ini dengan sendirinya meliputi factor-faktor ekonomis dan non-ekonomis.
Pengembangan masyarakat bersifat multi dimensional.
Oleh
karena pendidikan diharapkan mempunyai peranan penting, maka timbul pertanyaan
seberapa jauh pengaruh ( Effect ) pendidikan terhadap masyarakat. Harapan
secara ideal tentulah pendidikan selalu mempunyai pengaruh positif terhadap
masyarakat.
Dengan
telah dipaparkannya teori-teori modernisasi, sumberdaya manusia, dan structural
fungsionalisme, pada bagian-bagian muka tulisan ini, maka kedudukannya tidak
lain adalah sebagai teori-teori pengiring pula.
Teori
modernisasi memperkirakan antara lain bahwa masyarakat pada asasnya berkembang
dari statusnya yang tradisional menjadi modern. Tiap anggota masyarakat
diharapkan memahami dan bertingkah laku sesuai dengan budaya modern. Teori
sumberdaya manusia mengandaikan bahwa masyarakat akan berkembang maju bila warga
masyarakat dapat mengembangkan dirinya sesuai bakat dan minatnya. Taraf
pengembangan, yang dilakukan lewat pendidikan ini, diharapkan mencapai taraf
yang setingi-tingginya. Sedangkan teori structural fungsionalisme mengandaikan,
bahwa masyarakat itu dapat dipandang sebagai system yang bagian-bagiannya saling mempunyai ketergantungan. Kesemuanya
perlu di kembangkan, namun perlu dijaga terwujudnya keseimbangan.
Sampai
kesekian dapat disimpulkan bahwa manusia ( warga masyarakat ) yang terdidik
menjadi kunci perkembangan masyarakat. Pendidikan mempunyai peranan sebagai
wahana penyelesaian, secara institusional yang paling menarik dibandingkan
dengan wahana-wahana lain yang kurang sifat kesenjangannya. Pendidikan
hendaknya bersifat fungsional, artinya mempunyai makna dan berguna bagi
masyarakat. Dengan demikian orang-orang yang terdidik dapat mengadakan
sosialisasi yang fungsional pula.
Lain
dari itu perlu dipertimbangkan pula mengenai teori alokasi dan teori
legimitasi.
Teori alokasi, di samping
memberikan tekanan terhadap pengaruh terhadap individu subyek didik, juga
terhadap sifat pengaruh itu terhadap factor-faktor structural di luar sekolah
atau lembaga pendidikan yamg lain. Salah seorang tokoh yang menekuni masalah
ini , yaitu John W. Meyer, mengatakan antara lain bahwapendidikan itu lebih
berfungsi sebagai pemilih, penyortir, dan penjatah daripada hanya sebagai
lembaga sosialisasi.
Berhubung
dengan itu efek sosialisasi suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang lain
terletak pada seberapa jauh program pendidikan tertentu dapat memberikan bekal
hingga peserta didiknya dapat mempunyai peran tertentu dalam masyarakat.
Peranan itu hendaknya berkait dengan mobilitas keatas dari individu yang
bersangkutan. Pendirian tersebut timbul atas dasar asumsi bahwa pendidikan
adalah institsi yang terstruktur dalam masyarakat.
Teori
ini mengisyaratkan adanya pengamatan yang cermat antara struktur masyarakat dan
program pendidikan baik yang masih diantipasikan maupun yang nyata dalam
konkretnya. Pendidikan beserta program-programnya hendaknya bersifat reflektif
dan direktif terhadap masyarakat.
Teori
berikutnya, yaitu teori legimitasi mempunyai nada yang hamper sama dengan teori
alokasi karena menunjukkan pendidikan itu terbangun ( constructed ) secara
social. Jadi tidak hanya merangkum berbagai keadaan social ( social setting ).
Dalam menjalankan programnya pendidikan bukanlah hanya menjadi wahana
sosialisasi, tetapi mampu mempengaruhi hingga terjadi perubahanatau peningkatan
kualitas hidup dalam masyarakat. Lebih dari itu pendidikan modern sekarang ini
malahandapat menghasilkan orang-orang yang mampu memegang jabatan dan peran
baru dalam masyarakat.
Teori
legimitasi menghendaki agar pendidikan itu selalu di usahakan kerujukannya
terhadap masyarakat. Bila demikian maka pendidikan tidak hanya mempertahankan
struktur masyarakat, melainkan dapat berpengaruh kearah perkembangannya.
Pokok-pokok
pikir direktif
Setelah
mengetengahkan uraian singkat tentang sejumlah teori sebagaimana tertera pada
bagian-bagian di muka, bagian ini mengetengahkan beberapa butir pemikiran yang
diharapkan dapat menjadi pegangan untuk mempelajari pendidikan di Negara
berkembang. Rasional yang melatarbelakangi adalah uraian-uraian yang terdahulu.
Selain
ingin mewujudkan idealisme bersendikan atas filsafat dan pandangan hidup,
Negara-negara berkembang, secara konkrit juga berusaha untuk mewujudkan
melewati strategi politik, yang biasanya cukup rumit dalam merealisasikannya.
Negara berkembang berhadapan dengan tantangan modernisasi untuk perkembangan aspek
kehidupan sosialnya, yang dibarengi oleh tuntunan pertumbuhan ekonomi yang
efisien.
Strategi
politik umumnya mengutamakan terwujudnya kesatuan, dan persatuan nasional.
Dengan demikian mobolitas warga masyarakat untuk peningkatan dalam segala
bidang kehidupan dapat dilakukan.
Oleh
karena pad umumnya Negara berkembang mempunyai rancangan pembangunan yang
berthap-tahap, maka, perubahan dan perkembangan masyarakat dapat diartikan
berimpit dengan pembangunan masyarakat.
Pembangunan
adalah perubahan dan perkembangan secara nyata diarahkan kepada sasaran-sasaran
tertentu. Maka, dapatlah dimengerti bila diperlukan mobilitas warga masyarakat.
Tulisan ini
selanjutnya berusaha menelaah peranan pendidikan formal bagi perwujudan tiga
aspek daripadanya.
BAB
IV
PERAN
PENDIDIKAN FORMAL
Ketika pada Bab III disinggung
tentang konperensi-konperensi Adis Abbaba, Karachi, dan Santiago segera
terbayang adanya gambaran, tentang perlunya pendidikan universal bagi
Negara-negara yang belum tergolong maju pada waktu itu. Gejala itu mendorong
adanya usaha yang sungguh-sungguh bagi negara-negara yang bersangkutan untuk
mewujudkan wajib belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa sesuai dengan harapan
tiga konperensi itu sebagian negara-negara tersebut dapat
mengimplementasikannya pada taraf pendidikan dasar pada permulaan tahun delapan
puluhan.
Gerakan itu ternyata tidak hanya
menumbuhkan kepercayaan tentang perlunya pendidikan dasar bagi pembangunan,
malahan sampai-sampai pada keseluruhan pendidikan formal. Dukungan finansial
juga berkembang agar gerakan yang dimaksud berhasil.
Dalam konteks ini,dengan adanya
pendidikan formal, berarti harapan, terutama pada negara-negara yang baru
merdeka, tentang adanya kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negaranya
untuk memperoleh pendidikan, akan berarti adanya penanaman modal pada sektor
sumber daya manusia yang sifatnya strategis.Bila ditinjau dari sudut anggaran
yang disediakan, selalu terdapat kenaikan, dan malahan kenaikan per tahunnya
dalam arti persentase, ada kalanya lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara maju.
Penempatan pendidikan formal yang
demikian penting itu juga dibarengi harapan selain pendidikan itu berguna bagi
individu-individu yang menikmati, juga diharapkan mendorong kemajuan pada
umumnya. Sekolah diharapkan merupakan wahana kemajuan social, pertumbuhan
ekonom, dan lain aspek kehidupan seperti politik.
Tulisan ini selanjutnya akan
mengetengahkan data di sekitar sektor-sektor tersebut serta berusaha
menunjukkan perwujudan harapan itu.
A. Dana Pendidikan
Oleh karena adanya kepercayaan yang
begitu besar terhadap pendidikan formal pada khususnya, dana untuk pendidikan
yang disediakan oleh negara-negara maju maupun berkembang selalu menaik.
Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan Gross National Product ( GNP ).
berikut
Catatan : Kenaikan rata-rata pertahun
dalam persentase.
Sumber : a. Leo Gold Stone, Learning in the World, UNESCO .
Series A, no. 1, 1971, p. 25. Table
15.
b. UNESCO, Statistical Yearbook,
1975, ( Paris, 1976
Kecenderungan untuk naik itu
terus ada karena kenyataan juga menunjukkan bahwa pendidikan yang menjadi baik
akan memerlukan dana yang meningkat. Untuk ini dapatlah diterima pandangan
pengamat yang mengatakan bahwa pendidikan itu selain bersifat padat karya juga
padat modal. Banyak orang terlibat dalam bidang pendidikan beserta dananya
pula.
Kepercayaan akan perlunya
pengembangan pendidikan juga dapat dari data yang dikumpulkan oleh Bank Dunia (
World Bank ) pada tahun 1980, yang dikutip oleh Ingemar Fagerlind dalam bukunya
yang berjudul Education and National
Development, sebagai berikut :
Taraf Melek Huruf
(dalam persentase) berbagai Negara
dengan
tingkat
perkembangan yang berbeda-beda
1960
|
1975
|
|
Negara-negara
berpendapat
rendah
Negara-negara
berpendapat menegah
Negara-negara
Industri
|
29
51
-
|
38
71
99
|
Sumber
: World Bank, “Education”, world
Develomment Reort 1980,Washington,D.C Table 23,pp.154- 155
Tabel yang tertera di atas menunjukkan pertelan
bagi orang dewasa.Berarti daftar ini meliputi hasil pendidikan formal dan
non-formal.Disamping itu pertelan ini juga menunjukkan bahwa kenaikan itu
terjadi pula pada negara-negara yang tergolong berpenghasilan menengah dan
rendah.Kalau data semacam itu diambil lagi menjelang atau dalam tahun delapan
puluhan persentase bagi dua kelompok negara itu tentulah akan menjadi lebih
tinggi.
Pendidikan Dasar
Pendidikan
Menengah
Pendidikan
Tinggi
|
65
juta
7,5
juta
0,9
juta
|
236
juta
67
juta
10
juta
|
Data tersebut khusus mengenai
sistem pendidikan formal karena menunjukkan tingkat-tingkat pendidikan
dasar,menengah,dan tinggi.Bila dimasukkan pendidikan non-formal tentulah
angka-angka itu akan lebih tinggi lagi.
Dengan menggunakan data lain,yaitu
yang dikumpulkan oleh ONESCO seperti yang di kutip oleh Francis Wong dalam
bukunya Comparative Studies in Southeast Asian Edication,dapat diketahui
adanya kenaikan populasi semua tingkat pendidikan. Data mengenai Malaysia dan
Filipina menunjukkan gambaran sebagai berikut :
Jumlah
siswa sebagai persentase dari jumlah penduduk
Negara
|
Tahun
|
Perkiraan penduduk usia remaja
|
Populasi siswa pada semua tingkat pendidikan.
|
Persentase populasi
|
|
Malaysia
|
1950
1955
1960
1965
1967
|
6.100
6.909
8.141
9.421
10,071
|
685
964
1.429
1.848
2,110
|
11,2
13,8
17,6
19,6
21,0
|
|
Filipina
|
1950
1955
1960
1963
1968
|
20.316
23.568
27.435
30.384
37.000
|
-
4.287
5.116
6.595
8.800
|
-
18,2
18,8
21,8
25.00
|
|
( dalam
ribuan )
Kenaiakan dalam jangka waktu yang tertera
pada pertelan adalah tiga kali lipat. Tetapi, persentase itu masih rendah bila
dibandingkan secara proporsional terhadap seluruh populasi angkatan muda yang
seharusnya masuk kedalam sistem persekolahan. Seandainya secara ideal
diperlukan secara proposial lima puluh persen angka-angka itu masih perlu
dilipat gandakan. Kelipatan akan lebih besar bila persentase ideal itu tujuh
puluh.
Pengamatan dan rekaman oleh UNESCO
serta para ahli untuk pendidikan dasar tidaklah demikia, karena untuk Malaysia,
bila pada tahun 1950 hanya mencapai 61 persen, pada tahun 1966 telah mencapai
90 persen. Untuk Filipina pada tahun 1980 telah mencapai 92 persen.
Untuk Indonesia, ketika Pemerintah
mencanangkan wajib belajar (taraf SD), siswa yang telah ada dalam sistem persekolahan
dasar mencapai sekitar sembilan puluh persen. Ini terjadi pada tahun 1984.
Meskipun persentase distribusi
populasi siswa ini lebih rendah untuk pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi, untuk tingkat-tingkat ini pun ada kecenderungan naik. Persentase itu
nampak sebagai berikut:
Kenaikan Populasi Siswa SM dan PT
Dua Negara
Negara
|
Tahun
|
Tingkat
Pendidikan
Menengah
|
Tingkat
Pendidikan
Tinggi
|
Malaysia
|
1955
1960
1964
|
11,3
12,6
19,00
|
0,1
0,2
0,3
|
Filipina
|
1955
1960
1964
|
13,5
12,9
14,8
|
5,0
6,0
5,8
|
Persentase ini diambil atas dasar
seluruh populasi pendidikan.
Suatu perbandingan tentang kenaikan
rata-rata dana untuk pendidikan,di gambarkan oleh John Simmons.
Kesimpulanyang diambil setelah
memperhatikan angka-angka tersebut ialah : pendidikan kedudukannya penting
dalam pembangunan negara atau masyarakat yang bersangkutan.
Pada negara-negara maju sekitar 75
samapi 100 tahun yang lalu pencapaian prestasi yang menonjol Miosalnya :
Inggris pada pertengahan abad XIX. Amerika Serikat pada pertengahan abad XIX.
Jepang pada pertengahan abad XX.
B.
Pendidikan Dasar dan Menengah
Bila
peranan pendidikan dasar itu ditinjau dari tujuan pendidikan aspek demi aspek
hasilnya lebih kurang sebagai berikut :
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan dasar
mempunyai peranan awal bagi perkembangan pribadi serta peningkatan diri bagi
subyek didiknya.
Lulusan pendidikan dasar masih
terlalu muda untuk diharapkan mandiri mnencari kehidupan. Lain dari itu ada UU
yang terdapat di banyak negara berkembang yang melarang memperkejakan anak di
bawah usia 16 tahun.
Dengan demikian dapat dikatakan
tujuan pendidikan ketiga belum dapat dipenuhi oleh pendidikan dasar.Meskipun
dewasa ini di negara-negara maju pun ada gerakan tentang pendidikan
yang mengarah pada karir, dan dimulai dari pendidikan dasar,namun pada
tingkat ini hanya mengenalkan saja.
Dengan mengingat argumentasi
tersebut dapatlah di tarIk kesimpulan bahwa pendidikan dasar sifatnya
seyogyanya bersifat universal,netral terhadap masalah-masalah kejujuran dan
profesionalisasi, namun merupakan landasan kemajuan.
No comments:
Post a Comment