BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan Islam bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak
peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta
pengamalan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. Sehingga setelah
menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, bangsa dan bernegara. Dengan kata lain tujuan pendidikan adalah untuk
membentuk insan kamil yang mulia didunia dan akhirat, sesuai dengan firman
Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 13:
(١٣ الحجرات: )…ان اكرمكم
عند الله اتقكم…
Artinya: sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah SWT
adalah orang yang paling takwa diantara kam. (Q.S. Al-Hujarat: 13).
Idealnya pendidik harus memfasilitasi dirinya
dengan berbagai kompetensi agar dapat menjalankan profesinya secara
profesional, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. pendidik harus
membekali dirinya dengan seperangkat pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan
tentang kependidikan di samping harus menguasai substansi keilmuan yang
ditekuninya, hal ini bertujuan agar pendidik dapat menjalankan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat
At-Thur ayat 21yaitu:
…كل امرئ بما كسب رهين
(الطور:٢١)
Dalam sejarah Islam,
pendidik dan ulama itu selalu bergandengan, seorang ulama itu juga seorang
pendidik. Sebagai penerima wahyu mengajarkan wahyu itu kepada para pengikutnya Nabi
merupakan Profil Pendidik Ideal.
Dalam beberapa dekade terakhir, dalam dunia pendidikan sering kita dapati
kenyataan bahwa tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sering tidak tercapai,
salah satu indikasi yang menunjukkan kearah tersebut adalah terjadinya
dekadensi moral yang terus menghantui bangsa kita.
B. Rumusan Masalah.
Permasalahan guru yang
ideal sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. merupakan suatu hal
yang cepat atau lambat harus dihadapi dalam setiap proses pendidikan, agar
pendidikan yang dijalankan berlangsung secara efektif. Adapun masalah yang
berkenaan dengan hal ini sangat banyak, dikarenakan untuk membahas semua
permasalahan tersebut penulis menghadapi berbagai kendala, maka penulis hanya
membatasi pada beberapa hal berikut:
1.
Bagaimanakah yang
dikatakan Muhammad SAW sebagai pendidik ideal dalam pendidikan Islam ?
2.
Bagaimana kondisi
politik, sosiokultural pra islam sampai pase awal islam?
3.
Apa saja tahapan pendidikan Islam pase makkah?
Berangkat dari kenyataan tersebut, maka
penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh mengenai PROFIL RASULULLAH
SEBAGAI PENDIDIK IDEAL.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Setiap sesuatu yang dilakukan oleh seseorang
secara sadar tidak terlepas dari tujuan tertentu yang bermamfaat bagi pelaku
atau bahkan juga bagi orang lain disekitarnya, begitu juga dengan penulis
menulis makalah ini, adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah yang dikatakan Muhammad SAW.
sebagai pendidik ideal dalam pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui Bagaimana kondisi
politik, sosiokultural pra islam sampai pase awal islam?
3.
Untuk mengetahui Apa saja tahapan pendidikan Islam pase makkah?
BAB II
PROFIL RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK IDEAL
Secara etimologi pendidik adalah “orang yang
melakukan bimbingan, pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik (pendidik)
adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.” Dalam referensi yang
lain pendidik diartikan sebagai manusia yang mempunyai kualitas dalam hal ilmu
pengetahuan, moral dan cinta atau loyal kepada agama. Manifestasi sikap seorang
pendidik harus ditunjukkan melalui sifat-sifat ketaatan dan ketaqwaannya kepada
Allah.
Dalam khazanah pendidikan Islam pendidik
sering disebut dengan berbagai macam istilah, diantaranya yaitu:
1. “Ustadz” yaitu
“seorang pendidik dituntut untuk mempunyai komitmen terhadap profesinya,
berusaha untuk memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan
tuntutan zaman.”
2. “Muaddib”
yaitu “berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab.
Artinya orang yang beradab, sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk
membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.”
Menurut Madyo Eko Susilo,
yang dimaksud dengan pendidik adalah “seorang yang bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan
kemampuan peserta didik baik itu dari aspek rohani maupun jasmani agar ia mampu
hidup mandiri, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.” Rasulullah Muhammad
SAW. adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat seorang
guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan.
A. Kondisi
Politik, Sosiokultural Pra-Islam Sampai fase Awal Islam
Gambaran dunia politik menjelang
pertengahan abad ke-6 sesudah masehi, terbukti bahwa dunia berada dalam keadaan
gelap dan parah dengan takhayul yang merusak kehidupan spiritual manusia.
Bangsa-bangsa yang dulu pernah merdeka dan produktif peradaban-peradaban tertua
di duni, seperti Asyria, Thunisia, dan Mesir, kini tak berkutik dibawah
cengkraman Romawi.
Sekitar tahun 610 M, pada tanggal 17
Ramadhan, turunlah wahyu yang pertama, surat al-Alaq ayat 1-5, sebagai fase
awal pendidikan Islam di Mekkah. Dengan turunnya wahyu tersebut, pertanda bahwa
rasulullah telah resmi sebagai Rasul pembawa risalah-risalah Ilahi yang akan
membawa manusia ke jalan kecerdasan dan kesempurnaan.
B. Tahapan
Pendidikan Islam pada Fase Mekkah
1. Tahapan rahasia dan perorangan
Pada Awal turunnya wahyu pertama,
al-Quran surat 96, ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara
sembunya-sembunyi, mengingat kondisi sosialpolitik yang belum stabil, dimulai
dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya.,
2. Tahap terang-terangan
Perintah dakwah secara terang-terangan
dilakukan oleh rasulullah, seiring dengan jumlah sehabat yang semangkin banyak
dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena dinyakini
dengan
dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu,
keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam,
sudah diketetahui oleh kuffar Quraisy.
3. Tahap untuk umum
Hasil seruan dakwah secara
terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum
maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka rasulullah mengubah strategi
dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan
umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional”
tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95.
C. Lembaga
pendidikan, sistem materi kurikulum, metode pembelajaran pendidikan islam yang
dilakukan Rosulullah
1.
Lembaga Pendidikan Dan Sistem Pembelajaran
Ahmad syalaby
mengatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi menjadi dua,
yaitu:pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar
puisi-puisi arab, dan sebagai besar gurunya adalah nonmuslim.(hal 7)
Kedua, sebagai
pengajaran al-quran dan dasar-dasar agama islam. Pengajaran teks al-quran pada
jenis kuttab yang kedua ini, setelah kurra dan huffazh(ahli baca dan penghafal
al-qur’an telah banyak).(hal 8)
2.
Sistem Materi Kurikulum Pendidkan Islam
Pada hakekatnya
antaramateri dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan
pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sestem
institusional pendidikan. Kurikulum pendidikan islam pada periode rasulullah
baik di makkah maupun di madinah adalah al-qur’an, yang allah wahyukan sesuai
dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami ummat islam
pada ssat itu.(hal 11)
Pada fase mekkah
terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan dimakkah; yaitu
keimanan, ibadah, dan akhlak.(hal 12)
3.
Metode Pengajaran Pendidikan Islam Yang Dilakukan Rasulullah
Metode pengaran ialah
cara yang digunakan guru dalam mengadakan hunungan dengan siswa pada saat berlangasungnya
pengajaran. Oleh karma itu, peranan metode pengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses mengajar dan belajar.Di antara metode yang diterapkan
rasulullah adalah (1) metode ceramah, (2) dialog misalnya dialaog denagn
rasulullah dengan muadz ibn jabal ketika mu’adz akan diutus sebagai kade
dinegri yaman;(3) diskusi atau Tanya jawab sering sahabat bertanya kepada
raqsulullah tentang suatu hokum dan rasulullah menjawab;(4) metode diskusi,
misalnya diskusi antara rasulullah dan para sabat tentang suatu hukuman yang
akan diberikan tawanan perang badar; (5) metode demonstrasi, misalnya hadis
rasulullah, ’sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembayang;(6)
metode ikspiremen, metode sosiodrama, dan bermain peranan.(hal 16)
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Nabi Muhamammad SAW.
dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim pada tahun 571 M yaitu tepatnya pada
permulaan tahun gajah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya
bernama Aminah binti Khuwailid. Rasulullah SAW merupakan sosok yang mempunyai
pemikiran yang cemerlang, cara pandangan yang lurus, serta mendapat sanjungan
karena inteligensinya tersebut, yang sangat pantas untuk diteladani.
Pendidik adalah “seorang
yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap
perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek rohani
maupun jasmani agar ia mampu hidup mandiri, baik secara individu maupun sebagai
makhluk sosial. Nabi Muhammad SAW. adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua
sifat dan syarat seorang guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan.
Diantara syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh pendidik yang ideal dalam pendidikan islm yaitu: takwa
kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani, berkelakuan baik, dan lain-lain
Pendidik merupakan orang
yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan peserta didik. Pribadi yang
bermoral dan beriman merupakan pribadi yang diharapkan ada pada peserta didik.
Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, maka pendidik harus melakukan banyak hal
agar pengajaran berhasil, antara lain sebagai berikut: mempelajari setiap
peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya dikelas, merencanakan, menyediakan
dan menilai bahan-bahan belajar yang akan atau yang telah diberikan, memilih
dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan
diajarkan serta juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
didik, dan lain-lain.
Tanggungjawab dan syarat
seorang pendidik yang ditetapkan oleh beberapa ahli pendidikan (khususnya pendidikan
Islam), semuanya sudah ada dalam diri Nabi Muhammad SAW., bahkan lebih sempurna
dari apa yang ditetapkan oleh para ahli tersebut. Seperti halnya dalam materi
dan tujuan pendidikan Islam, sangat mungkin poin-poin yang ditetapkan oleh para
ahli pendidikan yang berhubungan dengan tanggungjawab, dan syarat seorang
pendidikpun merupakan hasil kajian terhadap sosok Nabi Muhammad SAW. sebagai
seorang pendidik yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan
Pendidikan Anak Bangsa,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam,
PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001
DEPAG RI, Al-Quran dan
Terjemahannya, Jakarta: 1971
_________, Wawasan
Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam, 2005
DEPDIKNAS, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam
dalam Pendidikan Nasional,Jakarta: Kencana, 2004
Helmi Z, et. all., Profesi
Pendidikan, Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006
Imam Tholkhah, Ahmad
Barizi, Membuka Jendela Dunia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004
Mahfudz Nazal, Mencetak Guru
Profesional, Surabaya: Kopertais IV Press, 2008
Muhammad AR., Pendidikan
di Alaf Baru; Rekonstruksi Moralitas Pendidikan, Prismasophie Press:
Jogjakarta, 2003
Muhammad Hasyim, Penuntun
Dasar Kearah Penulisan Masyarakat, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1983
Muhammad Husain Haekal,
Sejarah Hidup Muhammad, Cet XXV, Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Ramaja Rosdakarya, Bandung, 2001
Mulyasa. E, Kurikulum
Berbasis Kompetensi,Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
Paul Suparno, Guru
Demokrasi di Era ReformasiPendidikan,Jakarta: Grasindo, 2003
Philip K. Hitti, History of The Arabs,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005
Piet A. Sahertian, Ida A. Sahertian, Supervisi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam
Mulia, Jakarta, 2002
_________, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Cet IV, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Suparlan, Menjadi
Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publising, 2005
Syafruddin, Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press, 2005
Syaiful Bahri Djamarah, Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Thohirin, Psikologi
Pembelajaran PAI, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Zakiah Darajat, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
____________, Metodik
Kusus PAI, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
No comments:
Post a Comment