Total Pageviews

Wednesday, May 1, 2013

MAKALAH RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK IDEAL


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

            Pendidikan Islam bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan bernegara. Dengan kata lain tujuan pendidikan adalah untuk membentuk insan kamil yang mulia didunia dan akhirat, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Hujarat ayat 13:
                           (١٣ الحجرات: )…ان اكرمكم عند الله اتقكم
Artinya: sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah SWT adalah orang yang paling takwa diantara kam. (Q.S. Al-Hujarat: 13).
Idealnya pendidik harus memfasilitasi dirinya dengan berbagai kompetensi agar dapat menjalankan profesinya secara profesional, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. pendidik harus membekali dirinya dengan seperangkat pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan tentang kependidikan di samping harus menguasai substansi keilmuan yang ditekuninya, hal ini bertujuan agar pendidik dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat At-Thur ayat 21yaitu:
كل امرئ بما كسب رهين (الطور:٢١)
Artinya: tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya (Q.S. At-Thur:21).
 Dalam sejarah Islam, pendidik dan ulama itu selalu bergandengan, seorang ulama itu juga seorang pendidik. Sebagai penerima wahyu mengajarkan wahyu itu kepada para pengikutnya Nabi merupakan Profil Pendidik Ideal. Dalam beberapa dekade terakhir, dalam dunia pendidikan sering kita dapati kenyataan bahwa tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sering tidak tercapai, salah satu indikasi yang menunjukkan kearah tersebut adalah terjadinya dekadensi moral yang terus menghantui bangsa kita.

B. Rumusan Masalah.
Permasalahan guru yang ideal sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. merupakan suatu hal yang cepat atau lambat harus dihadapi dalam setiap proses pendidikan, agar pendidikan yang dijalankan berlangsung secara efektif. Adapun masalah yang berkenaan dengan hal ini sangat banyak, dikarenakan untuk membahas semua permasalahan tersebut penulis menghadapi berbagai kendala, maka penulis hanya membatasi pada beberapa hal berikut:
1.      Bagaimanakah yang dikatakan Muhammad SAW sebagai pendidik ideal dalam pendidikan Islam ?
2.      Bagaimana kondisi politik, sosiokultural pra islam sampai pase awal islam?
3.      Apa saja tahapan pendidikan Islam pase makkah? 
Berangkat dari kenyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk menelusuri lebih jauh mengenai PROFIL RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK IDEAL.

C. Tujuan Penulisan Makalah
Setiap sesuatu yang dilakukan oleh seseorang secara sadar tidak terlepas dari tujuan tertentu yang bermamfaat bagi pelaku atau bahkan juga bagi orang lain disekitarnya, begitu juga dengan penulis menulis makalah ini, adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah yang dikatakan Muhammad SAW. sebagai pendidik ideal dalam pendidikan Islam.
2.      Untuk mengetahui Bagaimana kondisi politik, sosiokultural pra islam sampai pase awal islam?
3.      Untuk mengetahui Apa saja tahapan pendidikan Islam pase makkah?

BAB II
PROFIL RASULULLAH SEBAGAI PENDIDIK IDEAL

Secara etimologi pendidik adalah “orang yang melakukan bimbingan, pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik (pendidik) adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.” Dalam referensi yang lain pendidik diartikan sebagai manusia yang mempunyai kualitas dalam hal ilmu pengetahuan, moral dan cinta atau loyal kepada agama. Manifestasi sikap seorang pendidik harus ditunjukkan melalui sifat-sifat ketaatan dan ketaqwaannya kepada Allah.

Dalam khazanah pendidikan Islam pendidik sering disebut dengan berbagai macam istilah, diantaranya yaitu:
1.      “Ustadz” yaitu “seorang pendidik dituntut untuk mempunyai komitmen terhadap profesinya, berusaha untuk memperbaiki dan memperbaharui cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zaman.”
2.      “Muaddib” yaitu “berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika dan adab. Artinya  orang yang beradab, sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.”
Menurut Madyo Eko Susilo, yang dimaksud dengan pendidik adalah “seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek rohani maupun jasmani agar ia mampu hidup mandiri, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.” Rasulullah Muhammad SAW. adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat seorang guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan.

A.      Kondisi Politik, Sosiokultural Pra-Islam Sampai fase Awal Islam
                Gambaran dunia politik menjelang pertengahan abad ke-6 sesudah masehi, terbukti bahwa dunia berada dalam keadaan gelap dan parah dengan takhayul yang merusak kehidupan spiritual manusia. Bangsa-bangsa yang dulu pernah merdeka dan produktif peradaban-peradaban tertua di duni, seperti Asyria, Thunisia, dan Mesir, kini tak berkutik dibawah cengkraman Romawi.
                Sekitar tahun 610 M, pada tanggal 17 Ramadhan, turunlah wahyu yang pertama, surat al-Alaq ayat 1-5, sebagai fase awal pendidikan Islam di Mekkah. Dengan turunnya wahyu tersebut, pertanda bahwa rasulullah telah resmi sebagai Rasul pembawa risalah-risalah Ilahi yang akan membawa manusia ke jalan kecerdasan dan kesempurnaan.

B.      Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Mekkah
                1. Tahapan rahasia dan perorangan
                Pada Awal turunnya wahyu pertama, al-Quran surat 96, ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunya-sembunyi, mengingat kondisi sosialpolitik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya.,
                2. Tahap terang-terangan
                Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh rasulullah, seiring dengan jumlah sehabat yang semangkin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena dinyakini
dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam, sudah diketetahui oleh kuffar Quraisy.
                3. Tahap untuk umum
                Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95.

C.      Lembaga pendidikan, sistem materi kurikulum, metode pembelajaran pendidikan islam yang dilakukan Rosulullah
1.      Lembaga Pendidikan Dan Sistem Pembelajaran
Ahmad syalaby mengatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu:pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi arab, dan sebagai besar gurunya adalah nonmuslim.(hal 7)
Kedua, sebagai pengajaran al-quran dan dasar-dasar agama islam. Pengajaran teks al-quran pada jenis kuttab yang kedua ini, setelah kurra dan huffazh(ahli baca dan penghafal al-qur’an telah banyak).(hal 8)
2.      Sistem Materi Kurikulum Pendidkan Islam
Pada hakekatnya antaramateri dan kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sestem institusional pendidikan. Kurikulum pendidikan islam pada periode rasulullah baik di makkah maupun di madinah adalah al-qur’an, yang allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami ummat islam pada ssat itu.(hal 11)
Pada fase mekkah terdapat tiga macam inti sari materi pelajaran yang diberikan dimakkah; yaitu keimanan, ibadah, dan akhlak.(hal 12)

3.      Metode Pengajaran Pendidikan Islam Yang Dilakukan Rasulullah
Metode pengaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hunungan dengan siswa pada saat berlangasungnya pengajaran. Oleh karma itu, peranan metode pengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.Di antara metode yang diterapkan rasulullah adalah (1) metode ceramah, (2) dialog misalnya dialaog denagn rasulullah dengan muadz ibn jabal ketika mu’adz akan diutus sebagai kade dinegri yaman;(3) diskusi atau Tanya jawab sering sahabat bertanya kepada raqsulullah tentang suatu hokum dan rasulullah menjawab;(4) metode diskusi, misalnya diskusi antara rasulullah dan para sabat tentang suatu hukuman yang akan diberikan tawanan perang badar; (5) metode demonstrasi, misalnya hadis rasulullah, ’sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembayang;(6) metode ikspiremen, metode sosiodrama, dan bermain peranan.(hal 16)

 BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Nabi Muhamammad SAW. dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim pada tahun 571 M yaitu tepatnya pada permulaan tahun gajah. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya bernama Aminah binti Khuwailid. Rasulullah SAW merupakan sosok yang mempunyai pemikiran yang cemerlang, cara pandangan yang lurus, serta mendapat sanjungan karena inteligensinya tersebut, yang sangat pantas untuk diteladani.
Pendidik adalah “seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik baik itu dari aspek rohani maupun jasmani agar ia mampu hidup mandiri, baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial. Nabi Muhammad SAW. adalah sesosok guru yang telah memenuhi semua sifat dan syarat seorang guru yang telah ditetapkan oleh para ahli pendidikan.
Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pendidik yang ideal dalam pendidikan islm yaitu: takwa kepada Allah SWT, berilmu, sehat jasmani, berkelakuan baik, dan lain-lain
Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan peserta didik. Pribadi yang bermoral dan beriman merupakan pribadi yang diharapkan ada pada peserta didik. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, maka pendidik harus melakukan banyak hal agar pengajaran berhasil, antara lain sebagai berikut: mempelajari setiap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya dikelas, merencanakan, menyediakan dan menilai bahan-bahan belajar yang akan atau yang telah diberikan, memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan serta juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik, dan lain-lain.
Tanggungjawab dan syarat seorang pendidik yang ditetapkan oleh beberapa ahli pendidikan (khususnya pendidikan Islam), semuanya sudah ada dalam diri Nabi Muhammad SAW., bahkan lebih sempurna dari apa yang ditetapkan oleh para ahli tersebut. Seperti halnya dalam materi dan tujuan pendidikan Islam, sangat mungkin poin-poin yang ditetapkan oleh para ahli pendidikan yang berhubungan dengan tanggungjawab, dan syarat seorang pendidikpun merupakan hasil kajian terhadap sosok Nabi Muhammad SAW. sebagai seorang pendidik yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT.


DAFTAR KEPUSTAKAAN


Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, PT. Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2001
DEPAG RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: 1971
_________, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Pendidikan Nasional,Jakarta: Kencana, 2004
Helmi Z, et. all., Profesi Pendidikan, Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006
Imam Tholkhah, Ahmad Barizi, Membuka Jendela Dunia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Mahfudz Nazal, Mencetak Guru Profesional, Surabaya: Kopertais IV Press, 2008
Muhammad AR., Pendidikan di Alaf Baru; Rekonstruksi Moralitas Pendidikan, Prismasophie Press: Jogjakarta, 2003
Muhammad Hasyim, Penuntun Dasar Kearah Penulisan Masyarakat, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1983
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Cet XXV, Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2001
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Ramaja Rosdakarya, Bandung, 2001
Mulyasa. E, Kurikulum Berbasis Kompetensi,Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Paul Suparno, Guru Demokrasi di Era ReformasiPendidikan,Jakarta: Grasindo, 2003
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005
Piet A. Sahertian, Ida A. Sahertian, Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1992
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2002
_________, ­Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet IV, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publising, 2005
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Ciputat: Ciputat Press, 2005
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Thohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
____________, Metodik Kusus PAI, Jakarta: Bumi Aksara, 2003


No comments: