PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, serta bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan-kejahatan diri serta perbuatan-perbuatan buruk kami. Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada satu pun yang dapat menye-satkan-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah, tidak ada satu pun yang dapat menunjukinya.
B. Tujuan
Dengan di buatnya makalah ini berharap mempunyai banyak manfaat dan mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya juga membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.
BAB II
PENGANTAR AQIDAH
A. Pengertian Aqidah
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama mksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan pada perbuatan. Seperti pada aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.
Menurut Bahasa ( Etimologi ) :
• Berasal dari Al-aqdu artinya ikatan yang kuat,bisa pula menjadi kepercayaan yang kokoh.
• Ikatan janji, terkadang juga disebut aqdun.
• Aqidatan berarti keyakinan.
Menurut Istilah ( Terminologi ) :
Yaitu perkara yang dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang kokoh, yang tidak tercampur oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung oleh suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya.
• Menurut hasan Al-Banna :
“ Aqa’id ( bentuk jamak dari aqidah ) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercapur sedikitpun dengan keragu-raguan.
( Al-Banna,tt,hal.465 )
• Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy :
Aqidah adalah sejulah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fhitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia didalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. (Al-Jazairy, 1978,Hal.21).
B. Beberapa Istilah Lain Tentang Aqidah
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu Iman dan Tauhid dan yang semakna dengan ilmu aqidah yaitu Ushuluddin, Ilmu Kalam dan Fikih Akbar.
• Iman, mencakup semua permasalahan I’tiqadiyah dan mebenarkan didalam hati. Sesuatu yang diyakini oleh hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
• Tauhid, Artinya mengesakan ( mengesakan Allah- Tauhidullah ). Ajaran atuhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh karena itu aqidah dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid.
• Ushuluddin, Artinya pokok-pokok agama, yang mencakup rukun iman, rukun Islam dan apa-apa yang telah disepakati oleh para imam.
• Ilmu Kalam, Artinya berbicara atau pembicaraan. Dapat dikatakan ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang Al-Quran apakah khaliq atau bukan, hadist atau qadim. Tentang takdir, apakh manusia punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang yang berdosa besar kafir atau tidak. Pembicaraan atau perdebatan luas seperti itu terjadi setelah cara berpikir rasional dan filsafati mempengaruhi para pemikir dan ulam Islam.
• Fikih Akbar, munculnya pemahaman ini bahwa tafqquh fiddin yang diperintahkan Allah SWT, dalamsurah At-Taubah ayat 122.
C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Sistematika Hasan Al Banna:
a. Ilahiyat, Pembahasan tentang segala yang berhubungan dengan Ilah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah.
b. Nubuwat, Berhubungan dengan Nabi dan Rasul (Kitab-kitab Allah, mu’jizat, Karamah dll)
c. Ruhaniyat, berkaitan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaithan dsb
d. Sam’iyyat, Membahas segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat Sam’I (dalil naqli berupa Al Quran dan Sunnah) seperti alam barzkah, akhirat dan Azab Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.
Sebagaian ulama berpendapat bahwa pembahasan pokok aqidah Islam harus terumus dalam rukun iman yang enam. Yaitu iman kepada Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada nabi dan rasul-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada akhir dan iman kepada qada dan qadar.
Sistematika Arkanul Iman:
1. Iman kepada Allah
2. Iman Kepada Malaikat
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Nabi dan Rasul
5. Iman Kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Taqdir Allah
D. Sumber Aqidah
Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunah, artinya apa saja yang disampaikan oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau diamalkan. akal pikiran tidaklah jadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. dan akal tidak mampu juga menjangkau suatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. tetapi akal hanya perlu membuktikan jujur atau bisakah kejujuran sipembawa berita tersebut di buktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja. Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber Aqidah. Firman Allah:
”...dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl,16:89)
Apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al Quran dan Oleh Rasulullah dalam Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).Akal Pikiran tidak menjadi sumber aqidah, tapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut. Akal tidak akan mampu menjangkau hal-hal yang ghaib.
E. Beberapa Kaidah Aqidah
Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan “tidak” .
Keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita
Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya.
Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dengan ruang dan waktu
Iman adalah fitrah setiap umat manusia
keyakinan tentang Hari Akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah
F. Fungsi Aqidah
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Seorang yang mamiliki aqidah yang kuat, pasti akan melakukan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain:
• Menopang seluruh prilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan.
• Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Zat yang Maha Besar
• Iman memberikan daya dorong utama untuk bergaul dan berbuat baik sesama manusia tanpa pamrih.
• Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata.
• Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan kita insya Allah.
No comments:
Post a Comment