Bismillaahirrohmaanirrrohiym…………………
“Katakanlah, ‘Sesunguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua / sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tdk ada penyakit gila sedikit pun pd kawanmu itu. Dia tdk lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) adzab yg keras.’ Katakanlah, ‘Upah apapun yg aku minta kepadamu, maka itu utk kamu. Upahku hanyalah dari Allah. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku mewahyukan kebenaran. Dia Maha Mengetahui segala yg ghaib.’ Katakanlah.’Kebenaran telah datang & yg batil itu tdk akan memulai & tdk pula akan mengulangi.’Katakanlah, ‘Jika aku sesat maka sesunggunya aku sesat atas kemudharatan diriku sendiri, & jika aku mendapatkan petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yg diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat.”(Saba’: 46-50)
Wahai Mahasiswa…………..!
Saya panjatkan puji kehadirat Allah, yg tiada Tuhan melainkan Dia. Semoga shalawat & salam tetap tercurah kepada nabi Muhammad saw, Imam para pembaru & penghulu para mujahid; keluarga; sahabat; & para tabi’in.
Wahai Mahasiswa…………….!
Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala
- Kuat rasa keyakinan kepadanya,
- Ikhlas dalam berjuang di jalannya,
- Semakin bersemangat dalam merealisasikannya,
- Dan kesiapan utk beramal & berkorban dalam mewujudkannya.
Sepertinya keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dana amal merupakan karekter yg melekat pd diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yg menyala, dasar keikhlasan adalah hati yg bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yg menggelora, & dasar amal adalah kemauan yg kuat. Itu semua tdk terdapat kecuali pd diri para pemuda.
Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
“Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yg beriman kepada Tuhan mereka & Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Al-Kahfi: 13)
Beranjak dari sini, sesungguhnya banyak kewajiban kalian, besar tanggung jawab kalian, semakin berlipat hak-hak umat yg harus kalian tunaikan, & semakin berat amanat yg terpikul di pundak kalian. Kalian harus berpikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju utk menjadi penyelamat, & hendaklah kalian mampu menunaikan hak-hak umat ini dg sempurna.
Ada di antara pemuda yg tumbuh dalam situasi bangsa yg dingin & tenang, di mana kekuasaan pemerintah telah tertanam kuat & kemakmuran telah dirasakan oleh warganya. Sehingga pemuda yg tumbuh dalam suasana ini aktifitasnya lebih banyak tertuju kepada dirinya sendiri daripada utk umatnya. Dia pun kemudian cendrung main-main & berhura-hura karena meresa tenang jiwanya & lega hatinya.
Ada juga pemuda tumbuh dalam suasana bangsa yg keras & bergejolak, di mana bangsa itu sedang dikuasai oleh lawannya & dalam semua urusan diperbudak oleh musuhnya. Bangsa ini berjuang semampunya utk mengembalikan hak yg dirampas, tanah air yg terjajah, & kebebasan, kemuliaan, sarta nilai-nilai agung yg hilang. Saat itulah kewajiban mendasar bagi pemuda yg tumbuh dalam situasi seperti ini adalah berbuat utk bangsanya lebih banyak dari pd berbuat utk dirinya sendiri. Jika ia lakukan hal itu, ia akan beruntung dg mendapatkan kebaikan segera di medan kemenangan & kebaikan -yang tertunda- berupa pahala dari Allah swt.
Barangkali, merupakkan suatu keberuntungan bagi kita bahwa kita termasuk pemuda kelompok kedua (yang dibesarkan dalam situasi keras & bergejolak). Oleh karena itu, kedua mata kita pun terbuka di hadapan sebuah umat yg terus berjihad & berjuang utk mendapatkan hak & kebebasannya. Bersiap-siaplah wahai para tokoh! Sungguh, alangkah dekatnya kemenangan bagi kaum mukminin & alangkah besarnya keberuntungan bagi para aktifis yg tak henti berjuang.
Wahai Mahasiswa………….!
Barangkali ancaman yg cukup berbahaya pd bangsa yg mau bangkit -dan kita sekarang di fajar kebangkitan- adalah munculnya beragam isme, banyaknya seruan-seruan, warna-warninya manhaj, perbedaan dalam penetapan strategi & sarana perjuangan, & tdk sedikitnya orang yg berambisi utk menjadi pemimpin & penguasa. Berawal dari sini, maka studi perbandingan terhadap isme-isme menjadi amat penting bagi siapa saja yg menginginkan perbaikan.
Dari sini pula, maka kewajiban saya adalah menerangkan kepada kalian dg ringkas & jelas dakwah Islam pd abad keempat belas hijriyah.
Wahai Mahasiswa……………!
Kita telah beriman dg keimanan yg tdk perlu diperdebatkan & tdk ada keraguan di dalamnya. Kita juga telah yakin dg sebuah keyakinan yg lebih tangguh dari gunung & lebih dalam dari rahasia – rahasia yg ada di dalam benak, bahwa sesungguhnya tdk ada fikrah yg benar kecuali satu saja. Dialah fikrah yg bisa menyelamatkan dunia dari penindasan, memimbing manusia yg bimbang & menunjukkannya ke jalan yg lurus. Oleh karena itu, rasanya hanya fikrah inilah yg pantas utk berkorban dg jiwa & harta, dg yg murah ataupun yg mahal, demi deklarasi & penyebaran kebenarannya, serta membawa manusia ke dalam naungannya. Fikrah itu adalah Islam yg hanif, tiada cacat didalamnya, tiada setitik noda menyelimutinya, & tdk akan sesat bagi yg mengikutinya.
“Allah menyatakan bahwasanya tdk ada Tuhan melainkan Dia, yg menegakkan keadilan. Para malaikat & orang-orang yg berilmu (juga menyatakan yg demikian itu). Tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha perkasa lagi Mahabijaksana.” (Ali-Imran: 18)
“Pada hari ini telah kusempurnakan utk kamu agamamu, & telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, & telah kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu.” (Al-Maidah: 3)
Oleh karena itu, fikrah kami adalah Islam an sich; di atas Islam fikrah itu tegak, kepada Islam fikrah itu bersandar, demi Islam fikrah itu berjihad, & karena meninggikan kalimatnya fikrah itu beramal. Kita tdk mungkin akan mengganti Islam sebagai sistem, tdk rela menjadikan selainnya sebagai imam, & tdk akan taat kepada yg lain dalam pengambilan hukum.
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tdk akan diterima (agama itu) darinya, & dia di akhirat termasuk orang-orang yg rugi.”(Ali Imran: 85)
Telah datang kepada Islam & kaum muslimin suatu masa yg di dalamnya terjadi peristiwa demi peristiwa & bergilir bencana demi bencana. Musuh-musuh mereka berusaha memadamkan lentera Islam, menyembunyikan keagungannya, menyesatkan para pengikutnya, melenyapkan hukum-hukumnya, melemahkan bala tentaranya, & menyelewengkan ajarannya -dengan cara mengurangi, menambahi, / men-ta’wilkan dg interprestasi yg tdk semestinya. Situasi itu masih berlanjut dg lenyapnya Islam pd skala internasional, tercabik-cabiknya tentara Muhammad saw, & jatuhnya bangsa ini ke dalam genggaman kaum kafir dalam keadaan hina & tdk berdaya.
Oleh karenanya, kewajiban pertama bagi kita sebagai aktifis ikhwan adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas Islam ini secara jelas & sempurna, tanpa ditambah & dikurangi, & tdk pula membuat rancu ajarannya. Hal yg demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian, pd saat yg bersamaan kami menuntut & mengkondisikan mereka utk mewujudkannya dalam amal nyata. Hal yg kedua inilah merupakan aspek amali dari fikrah kami.
Tiang penyangga kami dalam melaksanakan itu semua adalah Kitab Allah yg tiada kebatilan di depan & di belakangnya, Sunah Rasul yg shahih, & sirah kaum salaf dari umat ini. Di balik itu, kami tdk menghendaki apa-apa kecuali ridha Allah, melaksanakan kewajiban, membimbing manusia, & menunjuki mereka.
Kami akan berjuang utk terwujudnya fikrah kami, kami akan berjuang atas apa yg telah kami yakini, kami akan mengajak manusia ke sana, & akan kami kerahkan segala sesuatu demi keberhasilannya. Dengan demikian, kami akan hidup mulia / mati terhormat. Syi’ar abadi kami adalah :
Allah tujuan kami; Rasul pemimpin kami; Al-Qur’an undang-undang kami; jihad jalan kami; & mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tetinggi.
Sesungguhnya, Allah telah memuliakan kalian dg menisbatkan diri kepada-Nya, beriman terhadap keberadaan-Nya, & tumbuh dalam naungan agama-Nya. Dengan agama itu pula, Allah menetapkan atas kalian derajat yg tinggi di dunia, amanah kepemimpinan atas sekalian alam, & kemudian seorang ustadz di hadapan murid-muridnya.
“Kamu adalah umat terbaik yg dilahirkan utk manusia, menyuruh kepada yg ma’rif & mencegah dari yg mungkar, & beriman kepada Allah.” (Ali-Imran: 110)
Oleh karenanya, yg pertama kali Allah serukan kepada kalian adalah hendaklah kalian yakin akan eksistensi kalian, mengetahui posisi kalian, & percaya bahwa kalian adalah para pewaris kekuasaan dunia, meski musuh-musuh kalian adalah menghendaki agar kalian tetap terhina. Kalian adalah para guru bagi dunia, meski pihak-pihak selain kalian berusaha utk menggungguli dg gebyar kehidupan dunia. Sesungguhnya, kesudahan terbaik adalah bagi orang-orang yg bertaqwa.
Oleh karena itu, (wahai pemuda) perbaruilah iman, kemudian tentukan sasaran & tujuan langkah kalian.
Sesungguhnya, kekuatan pertama adalah iman, buah dari iman ini adalah kesatuan, & konsekuensi logis kesatuan adalah kemenangan yg gilang gemilang. Oleh karenanya, berimanlah kalian, eratkanlah ukhuwah, sadarilah, & kemudian tunggulah (setelah itu) datangnya kemenangan.
“Berikan kabar gembira kepada orang-orang yg beriman:
Dunia ini sedang dalam kondisi gundah gulana. Semua sistem yg ada telah gagal melakukan perbaikan. Sesungguhnya, tdk ada jalan keluar dari permasalahan itu kecuali Islam. Oleh karenanya, majulah dg asma Allah utk menyelamatkannya. Semua orang tengah menunggu datangnya seorang juru selamat, & juru selamat itu tiada lain kecuali risalah Islamiyah, di mana kalian yg membawa lenteranya & memberikan kabar gembira kepada manusia dg keberadaannya.
Sesungguhnya, manhaj Ikhwanul Muslimin itu telah jelas tahapan & langkah-langkahnya. Kalian tahu benar apa yg kami inginkan & kami paham benar sarana apa saja yg dipergunakan utk mewujudkan keinginan itu.
Pertama-tama:
Kami menginginkan seorang yg muslim dalam pola pikir & akidahnya, dalam moralitas & perasaannya, serta dalam amal & perilakunya. Ini merupakan salah satu upaya pembentukkan individu mukmin dalam dakwah kami.
Setelah itu, kami menginginkan terbangunnya rumah tangga yg islami dalam pola pikir & akidahnya, dalam moralitas & perasaannya, serta dalam amal & perilakunya. Untuk itu, kami juga memperhatikan kaum wanita sebagaimana perhatian kami kepada kaum pria. Kami juga memperhatikan anak-anak sebagimana perhatian kami kepada pemuda.
Setelah itu, kami juga menginginkan bangsa yg muslim. Untuk itulah, kami berusaha agar dakwah kami sampai ke setiap pelosok, suara kami bisa didengarkan si setiap tempat, fikrah kami bisa dipahami dg mudah, serta bisa menerobos ke seluruh penjuru desa, kota, & pusat-pusat kegiatan. Untuk itu, kami tdk akan menyia-nyiakan potensi & sarana yg ada.
Setelah itu, kami menginginkan sebuah pemerintahan Islam yg bisa memimpin bangsa menuju masjid & membimbing manusia kepada hidayah Islam, sebagaimana pemerintahan Islam sebelumnya yg telah berhasil membawa mereka ke jalan itu dg bimbingan para sahabat Rasul, seperti Abu Bakar & Umar ra.
Dari sinilah kami tdk mengakui sistem pemerintahan apa pun yg tdk menekankan & tdk bertumpu pd asas Islam. Kami juga tdk mengakui partai-partai politik yg ada & berbagai bentuk pemerintahan konservatif yg dipaksakan oleh orang kafir & musuh-musuh Islam utk menerapkan & mengamalkannya. Kami akan berusaha utk menghidupkan sistem hukum Islam dalam setiap aspeknya & membangun pemerintahan yg islami dg berasaskan sistem ini.
Setelah itu kami menginginkan agar setiap jengkal dari negeri-negeri kami yg muslim bergabung bersama kami. Negeri-negeri itulah yg dahulu dijajah & dipecah belah oleh sistem politik Barat & diporak-porandakan kesatuannya oleh ambisi bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, kami tdk mengakui adanya pembagian-pembagian teritorial yg bersifat politis & berbagai kesepakatan internasional yg ada setelahnya, karena hal itu semualah yg telah menjadikan negara Islam yg besar ini terpecah menjadi negara-negara kecil yg lemah, sehingga mudah dikuasai oleh penjajah. Kami tdk akan tinggal diam terhadap proyek pemberangusan kemerdekaan bangsa & membiarkan mereka menjadi budak bagi bangsa lainnya. Mesir, Syiria, Irak, Hijaz, Libya, Tunis, Aljazair, Mauritania, & setiap jengkal tanah yg di dalamnya terdapat seorang muslim yg berseru “Laa ilaaha Illallah”, semua itu adalah Negara Islam Raya. Kami berusaha utk memerdekakan, menyelamatkan, membebaskan, & mempersatukan antar yg satu dg lainnya.
Kalau penguasa Jerman memaksakan kehendaknya utk melindungi setiap orang yg mengalir di tubuhnya darah Aria, maka sesungguhnya ajaran Islam mewajibkan kepada setiap muslim agar menjadikan dirinya sebagai pelindung bagi siapa saja yg relung jiwanya terisi oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an. Oleh karenanya, dalam tradisi Islam, faktor kesukuan tdk boleh lebih dominan daripada faktor iman. Dalam Islam, akidah adalah segalanya. Bukankah hakekat iman seseorang itu tercermin dari pengungkapan cinta & bencinya?
Setelah itu, kami menginginkan agar panji Islam kembali berkibar memenuhi jagad raya. Dahulu, pd beberapa kurun waktu wilayah-wilayah ini pernah sejahtera dalam naungan Islam. Bergema di dalamnya suara muadzin dg takbir & tahlilnya. Kemudian, datanglah masa di saat para penjajah berupaya memadamkan cahayanya, maka kembalilah wilayah-wilayah itu kepada kekufuran. Andalusia, Cicilia, Balkan, negeri-negeri Italia bagian selatan & Cyprus, semua itu (dulu) merupakan wilayah Islam, & di waktu mendatang harus kembali ke pangkuan Islam. Laut Tengah & Laut Merah yg merupakan dua laut Islam juga harus kembali seperti sedia kala. Jika Jendral Musolini berpendapat bahwa imperium Romawi & negara-negara yg tergabung dalam imperium itu dahulu harus kembali ke dalam rengkuhannya -yang itu hanya didasarkan atas ambisi & desakan hawa nafsu- maka tentunya kita lebih berhak utk mengembalikan kejayaan imperium Islam, yg pernah tegak di atasnya kebenaran & keadilan, & yg telah menebarkan cahaya hidayah kepada sekalian manusia.
Setelah itu, dg berkibarnya panji Islam tadi kami bermaksud mendeklarasikan dakwah kami kepada seluruh alam, menyampaikannya kepada sekalian manusia, memenuhi seantero bumi dg ajarannya, & memaksa setiap penguasa yg diktator utk tunduk kepadanya. Sampai akhirnya tdk ada lagi fitnah & agama ini semuanya milik Allah. Saat itulah, kaum muslimin bergembira dg pertolongan Allah. Allah menolong siapa saja yg dikehendaki-Nya & Dia Maha Perkasa lagi Maha Pemurah.
Pada setiap tahapan yg telah kita paparkan di atas terdapat langkah, rincian, & sarana-sarananya. Namun, di sini kami hanya memaparkan dg tdk memperpanjang uraian & tdk pula membuat rincian. Allah adalah Dzat tempat memohon pertolongan. Cukuplah Dia bagi kami, Dia adalah sebaik-baik pelindung.
Mungkin mereka yg picik & pengecut akan mengatakan bahwa itu semua adalah angan-angan & ilusi yg sedang menyelimuti jiwa manusia. Sungguh, perkataan ini adalah sebuah kekerdilan yg kami tdk pernah mengenalnya & Islam pun tdk mengakuinya. Dia adalah sifat wahn yg bersemayam dalam hati umat ini. Sifat itulah yg menjadikan musuh-musuh Islam semakin menancapkan kuku-kuku pengaruhnya dalam tubuh umat ini. Itu semua adalah wujud kegersangan hati & nilai-nilai keimanan, & keberadaannya menjadi sebab utama terpuruknya kaum muslimin. Kami akan mendeklarasikan dg lantang bahwa setiap muslim tdk percaya dg manhaj seperti ini, tdk akan berbuat utk merealisasikannya, & yg demikian itu memang tdk mendapat tempat dalam Islam. Oleh karenanya hendaklah mereka mencari fikrah lain yg bisa menjamin & mengamalkannya.
Kalian tdk lebih lemah dari generasi sebelum kalian, yg dg perantaraan mereka Allah membuktikan kebenaran manhaj ini. Oleh karenanya, janganlah merasa resah & jangna merasa lemah. Pampangkan di depan mata kalian firman Allah:
“(Yaitu )orang-orang (yang mentaati Allah & Rasul-Nya) yg kepada mereka ada orang-orang yg mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan utk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, ‘maka perkataan itu menambah keimanan mereka & mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami & Allah sebaik-baik pelindung.” (Ali-Imran: 173)
Kita akan menempa diri, sehingga setiap kita menjadi seorang muslim sejati. Kita akan membina rumah tangga – rumah tangga kaum muslimin menuju terbangunnya rumah tangga yg islami. Setelah itu, kita akan menempa bangsa kita menjadi bangsa yg muslim, yg tertegak di dalamnya kehidupan masyarakat yg islami. Kita akan meniti langkah-langkah yg sudah pasti, dari awal hingga akhir perjalanan. Kita akan mencapai sasaran yg telah digariskan Allah bagi kita, bukan yg kita paksakan utk diri kita. Allah tdk menghendaki kecuali menyempurnakan cahaya-Nya, meski orang-orang kafir tdk menyukainya.
Untuk itu, kita telah mempersiapkan keimanan yg tdk mungkin goyah, amal yg berkelanjutan, tsiqah (kepercayaan) kepada Allah yg tdk akan melemah, & jiwa-jiwa yg merindukan pertemuan dg Allah dalam keadaan syahid di jalan-Nya.
Jadikanlah itu semua sebagai landasan & hakekat dari politik internal & eksternal kita, karena sesungguhnya dg begitu kita akan bertumpu kepada Islam. Kita pun akan mengetahui bahwa sesungguhnya memisahkan agama dari politik itu bukan dari ajaran Islam. Pemisahan itu tdk pernah dikenal oleh kaum muslimin yg jujur dalam beragama & paham akan ruh ajarannya.
Oleh karena itu, hendaklah berlalu dari kami siapa saja yg ingin memalingkan kami dari manhaj ini, karena sesungguhnya mereka adalah musuh Islam, / orang-orang Islam yg bodoh terhadap ajarannya. Tidak ada yg ingin memalingkan kami darinya kecuali salah satu di antara keduanya.
Adalah kesalahan besar bagi mereka yg menduga bahwa jamaah Ikhwanul Muslimin adalah Jamaah Darwis, di mana para pengikutnya membatasi diri dalam wilayah sempit dari pemahaman masalah ibadah. Seluruh konsentrasi gerak mereka adalah shalat, shaum, dzikir, & tasbih.
Kaum muslimin pd periode awal tdk pernah mengenal & mengimani Islam dg pemahaman seperti ini. Akan tetapi, mereka meyakini Islam sebagai akidah & ibadah, negara & kewarganegaraan, akhlak & materi, budaya & undang-undang, serta toleransi & kekuatan. Mereka meyakini Islam sebagai sistem paripurna yg melingkupi seluruh aspek kehidupan, mengatur perkara dunia sebagaimana dia mengatur perkara akhirat. Mereka yakin bahwa Islam adalah sistem operasional sekaligus spiritual. Islam menurut mereka adalah agama & daulah, mushaf & pedang.
Dengan pemahamana seperti itu, mereka tdk melupakan perkara ibadah & tdk alpa dari menjalankan kewajiban-kewajiban terhadap Raab-Nya. Mereka berusaha utk ihsan dalam sholat, tilawah Al-Qur’an, berdzikir kepada-Nya sebagaimana yg telah diajarkan kepada mereka tanpa tambah / dikurangi, tdk dibuat-buat, & tdk pula dipersulit. Mereka adalah orang-orang yg paling tahu tentang sabda Rasulullah saw.,
” Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masukilah ia dg lemah lembut…”
Namun demikian, mereka tetap bisa mengambil bagian dari dunia dg tdk mempengaruhi pencapaian keberhasilan akhiratnya. Mereka memahami firman Allah,
“Katakanlah, ‘ Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah dikeluarkan-Nya utk hamba-hamba-Nya & (siapa pulakah yg mengharamkan) rizki yg baik?” (Al-A’raf:32)
Ikhwan memahami bahwa sebaik-baik identitas utk sebuah jamaah adalah identitas yg disandang oleh sahabat Rasulullah saw., yakni,
“Layaknya pendeta di malam hari & seperti penunggang kuda di siang hari”.
Salah juga bahwa ada yg menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin apatis terhadap masalah kenegaraan & Nasionalisme. Kaum muslimin adalah orang-orang yg paling ikhlas berkorban bagi negara, mau berkhidmat kepadanya, & menghormati siapa saja yg mau berjuang dg ikhlas dalam membelanya. Anda tahu sampai sebatas mana mereka paham tentang Nasionalisme mereka & kemuliaan macam apakah yg mereka inginkan utk umatnya.
Namun, perbedaan prinsip antara kaum muslimin dg kaum yg lainnya dari para penyeru Nasionalisme murni adalah bahwa asas Nasionalisme Islam itu akidah islamiyah. Oleh karenanya, mereka pun beraktivitas utk negara seperti Mesir, berjuang & berkorban demi eksitensinya, & bahkan banyak dari mereka yg gugur dalam perjuangn ini, karena bagi mereka Mesir adalah bumi Islam & tanah air bagi umatnya. Perasaan (anggapan) seperti ini tdk hanya terhadap Mesir saja, tapi juga utk seluruh bumi Islam, utk seluruh negeri kaum muslimin. Sementara penyeru Nasionalisme murni berhenti hanya sebatas negaranya saja. Ia tdk pernah merasakan adanya kewajiban membela negara kecuali sekedar taklid kepada pendahulu, / ambisi ingin meraih popularitas, / ingin mengejar prestise, / kepentingan tertentu yg lain. Mereka berbuat bukan karena kewajiban yg telah ditetapkan oleh Allah atas hamba-hambanya.
Adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap Nasionalisme, maka cukuplah anda mengetahuinya dg membaca kalimat berikut. Mereka yakin dg seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang muslim yg terjajah itu adalah tindak kriminal yg tdk akan terampuni, sampai kita mau berbuat & bisa mengembalikan kemerdekaannya, / menghancurkan para perampasnya. Tidak ada keselamatan dari siksa Allah kecuali dg cara ini.
Salah besar jika ada yg menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah para da’i yg menyeru manusia kepada kemalasan & keterlenaan. Ikhwan selalu menyerukan di setiap kesempatan bahwa seorang muslim harus menjadi pelopor dalam segala sesuatu. Ikhwan tdk rela hidup tanpa qiyadah, tanpa amal, & tanpa keunggulan dalam segala hal, baik dalam ilmu, kekuatan, kesehatan, maupun finansial, karena keterbelakangan dalam suatu sisi dari berbagai sisi yg ada itu akan membahayakan fikrah kami & -lebih dari itu- bertentangan dg ajaran Islam.
Kendati demikian, kami juga tdk mengingkari adanya watak materialis pd manusia, yg menjadikan mereka egois & individualis. Mereka mencurahkan keahlian, waktu, & potensinya utk kepentingan dirinya sendiri. Maka masing-masing mereka tdk pernah berpikir utk beramal bagi yg lainnya, & sama sekali tdk memperhatikan kepentingan umatnya. Padahal Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Barangsiapa yg tdk memperhatikan perkara kaum muslimin, maka dia bukan golongan mereka.”
Sebagaimana beliau juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah menggariskan (untuk berbuat) ihsan dalam segala hal.” (Muslim)
Tidak benar jika ada yg menyangka bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kumpulan para propagandis rasialisme yg membeda-bedakan status sosial diantara anggota masyarakat. Kami menyatakan bahwa Islam adalah agama yg sangat menekankan kepada pemeluknya utk menghormati kesatuan kemanusiaan secara umum. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah,
“Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu & seorang laki-laki & seorang perempuan & menjadikan kamu berbangsa-bangsa & bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal .”(Al-Hujurat: 13)
Islam datang utk mewujudkan kebaikan bagi sekalian manusia & sebagai rahmatan lil alamin. Dan agama yg demikian itu tentunya jauh dari membeda-bedakan hati & membelah-belah dada. Dari sinilah Al-Qur’an datang utk menegaskan kesatuan ini, sebagaimana dalam firman-Nya,
“Kami tdk membeda-bedakan antara seseorang pun dari rasul-rasul-Nya.” (Al-Baqarah: 285)
Islam telah mengharamkan permusuhan, sampai-sampai dalam keadaan marah & benci sekalipun. Maka Allah swt. berfirman,
“Dan jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum mendorong kamu utk berlaku tdk adil. Berlaku adilah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (Al-Maidah: 8)
Islam juga memerintahkan utk berbuat baik (ihsan) antara sesama warga negara, meski berbeda ideologi & agama.
“Allah tdk melarang kamu utk berbuat baik & berlau adil kepada orang-orang yg tiada memerangimu karena agama & tdk pula mengusir kamu dari negerimu.” (Al-Mumtahanah: 8)
Islam juga memerintahkan kepada kita utk berbuat & bermuamalah secara baik kepada orang-orang kafir dzimmi. Kami memahami ini semua, maka kami tdk pernah mengajak kepada perselisihan antara kelompok ataupun fanatisme golongan. Namun demikian kami juga tdk akan membeli kesatuan ini dengna iman kami, tdk akan melakukan tawar-menawar dalam masalah akidah utk merealisasikannya, & kami juga tdk akan pernah mengorbankan kemaslahatan kaum muslimin demi terwujudnya kesatuan yg semu. Kami hanya akan membeli kesatuan itu dg kebenaran & keadilan, & cukuplah itu bagi kami. Maka barang siapa yg berusaha dg yg selain itu, niscaya kami akan menghentikannya & akan kami jelaskan mengenai kesalahan yg dilakukannya. Sungguh kemuliaan itu bagi Allah, Rasul-Nya, & orang-orang beriman.
Salah juga jika ada yg menduga bahwa Ikhwanul Muslimin itu bekerja utk kepentingan salah satu lembaga / sebagai underbouw dari salah satu jamaah yg ada. Para aktifis ikhwan berbuat utk meraih tujuan yg telah mereka yakini sesuai petunjuk dari Tuhannya. Dan petunjuk itu adalah Islam. Sementara pengikutnya ada di setiap waktu & tempat. Mereka membelanjakan apa yg telah direzkikan Allah kepada mereka, semata-mata utk mencari ridha-Nya. Mereka bangga bahwa hingga saat ini mereka tdk pernah menadahkan tangan utk meminta bantuan kepada orang lain, & tdk pernah memohon pertolongan kepada pihak luar, baik individu ataupun lembaga.
Di atas kaidah-kaidah yg kokoh kepada nilai-nilai ajaran yg tinggi inilah kami mengajak kalian semua. Jika kalian yakin dg kebenaran fikrah kami, mau mengikuti langkah-langkah kami, bersedia meniti jalan Islam yg hanif bersama kami, rela melepaskan segala jenis fikrah yg selainnya, serta mau memperjuangkan keyakinan dg semua potensi yg kalian miliki, maka cukuplah hal itu menjadi kebaikan kalian di dunia & di akhirat. Dan insya Allah dg perantaraan kalian, Allah akan mewujudkan sesuatu yg pernah diwujudkan pd masa generasi pendahulu kalian, pd periode awal dari perjalanan umat ini. Setiap aktifis dari kalian yg jujur di medan Islam akan mendapati apa yg membuat ia rela akan cita-citanya & mau sibuk dg aktifitasnya, jika ia adalah orang-orang yg jujur.
Adapun jika kalian menolak, bersikap plin-plan, meragukan, & bimbang diantara isme-isme yg penuh syubhat & sistem-sistem yg telah nyata-nyata gagal, maka sesungguhnya barisan Allah akan tetap berlalu tanpa harus dipusingkan oleh sedikit / banyaknya jumlah.
“Dan tiadalah kemenangan itu kecuali dari sisi Allah yg Mahaperkasa lagi Maha bijaksana.” (Ali Imran:126)
Kepada …. Yang merinduk lahirnya kejayaan …
Kepada umat yg tengah…. Kebingungan di persimpangna jalan…
Kepada para pewaris peradaban yg kaya raya…. Yang telah menggoreskan catatan membanggakan
Di lembar sejarah umat manusia… Kepada setiap muslim….
Yang yakin akan masa depan dirinya…. Sebagai pemimpin dunia & peraih kebahagiaan
Di kampung akhirat… Kepada mereka semua kami persembahkan risalah ini….
Adalah sebuah risalah masa lalu yg penuh kobaran semangat jihad, utk generasi hari ini yg tengah bergejolak & dilanda kegelisahan…
Sebuah bekal hari ini yg sarat tuntutan, Untuk masa depan yg penuh cahaya…
Wahai mereka yg memiliki cita-cita luhur….
Untuk membangun kehidupan…
Wahai kalian yg rindu akan kemenangan agama Allah….
Wahai semua yg turun ke medan…
Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Tuhannya….
Disinilah petunjuk itu, di sinilah bimbingan…
Di sinilah hikmah itu, disinilah kebenaran…
Di sini kalian dapati keharuman pengorbanan & kenikmatan jihad…
Bersegeralah bergabung dg pareda bisu…
Untuk bekerja di bawah panji penghulu para nabi…
Untuk menyatu dg pasukan Ikhwanul Muslimin…
“Sehingga tdk ada lagi fitnah di muka bumi & agama seluruhnya milik Allah.”
Ikhwanul Muslimin
Segala puji bagi Allah, shalawat & salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, & para sahabatnya.
Kami ucapkan salam Islam, salam dari sisi Allah yg penuh berkah & kebaikan,
“AssalaamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai umat manusia seluruhnya….
Suara jeritan ini; yg berkumandang dari relung tragedi kemanusiaan yg getir & memilukan; yg lahir dari rahim kegelapan zaman ini, di arus kehidupan yg memancar dari teriakan prihatin seluruh alam; yg dibawa oleh gelombang lembut menyelusup ke berbagai penjuru kehidupan; yg dapat mematikan secara mengejutkan segala impian, janji-janji, & fenomena yg menipu serta penuh kepalsuan; Mendorong kita utk terjun dg dakwah ini…
Dakwah yg tenang, namun lebih gemuruh dari tiupan angin topan yg menderu…
Dakwah yg rendah hati, namun lebih perkasa dari keangkuhan gunung yg menjulang…
Dakwah yg terbatas, namun jangkauannya lebih luas dari belahan bumi seluruhnya…
Ia sepi dari prilaku yg menipu, & gemerlap yg penuh dusta. Sebaliknya, ia dikemas oleh keagungan hakikat, keindahan wahyu, & pemeliharaan Allah.
Ia bersih dari berbagai kerakusan nafsu & kepentuingan pribadi. Oleh karenanya, ia mampu melahirkan putra-putra generasi yg percaya padanya & tulus bekerja untuknya; yg memandu tertegaknya bangunan di bawah naungan dakwah yg pertama…
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Dangarlah suaranya yg bergemuruh, yg disambut oleh seruan para dai setelahnya sebagaimana teriakan dakwah sebelumnya;
“Wahai yg berselimut, bangun & berilah peringatran. Dan Tuhanmu maka agungkanlah.”
Bersamaan dg itu berkumandang pula firman-Nya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yg diperintahkan (kepadamu) & berpalinglah dari orang-orang yg musyrik.” (Al-Hijr: 94)
Dan wahyu senantiasa menyeru seluruh umat manusia dg seruan:
“Katakanlah, ‘Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yg mempunyai kerajaan langit & bumi; Tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan & mematikan, ‘maka berimanlah kepada Allah & kepada kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) & ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk,” (Al-Araf: 158)
Di mana posisi kita berhadapan pesan-pesan Islam ini?
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Sesungguhnya Allah swt. telah membangkitkan untukmu seorang pemimpin, telah menggariskan bagimu aturan, telah menjelaskan kepadamu hukum-hukum, menurunkan untukmu sebuah Kitab, menghalalkan yg halal & mengharamkan yg haram, membimbingmu menuju kebaikan & kebahagiaan, serta menunjukimu ke jalan yg lurus. Adakah kamu telah mengikuti pemimpin itu, kamu hormati aturannya, kamu praktekkan hukum-hukumnya, & kamu sakralkan Kitab yg dibawanya? Sudahkah kamu halalkan yg ia halalkan & kamu haramkan yg ia haramkan?
Berterus teranglah menjawab pertanyaan tersebut, niscaya akan kamu jumpai hakekat yg jelas dihadapanmu.
Seluruh aturan yg engkau jadikan pijakan dalam setiap urusan hidupmu adalah aturan buatan manusia belaka; yg tdk ada hubungannya dg Islam; tdk digali dari sumber nilai Islam & tdk pula disandarkan kepadanya.
Undang-undang yg mengatur urusan dalam negerimu, peraturan yg mengatur hubungan negaramu dg negara lain (baik bilateral maupun multilateral), undang-undang peradilan, undang-undang pertahanan keamanan & militer, sistem ekonomi (baik menyangkut ekonomi negera maupun personal), sistem pendidikan, bahkan undang-undang perkawinan & kerumahtanggaan serta sistem perilaku personal, juga mentalitas umum para pejabat & rakyat serta berbagai fenomena kehidupan yg dilahirkannya, semua itu adalah sistem & undang-undang yg jauh dari nilai-nilai Islam.
Apa Lagi yg Masih Tersisa
Lihatlah masjid-masjid itu, yg megah & indah, dia dipenuhi oleh orang-orang lemah & renta, yg menunaikan rakaat shalatnya tanpa muatan ruh & khusyuan, kecuali sedikit dari padanya yg mendapat hidayah Allah.
Sedangkan hari-hari puasa mereka setiap tahun tdk lebih dari sekedar saat-saat bermalasan & berhari libur, serta saat utk memanjakan makan & minum di malam harinya. Sedikit sekali dari mereka yg memperoleh pembaharuan ruh iman & penyucian hati dg puasanya.
“Kecuali orang-orang yg beriman & mengerjakan amal sholeh, & amat sedikitlah mereka itu…” (Shaad: 24)
Lalu berbagai penampilan yg menipu seperti pakaian, kopyah, tasbih dg berbagai asesorisnya, jenggot yg menjuntai panjang, sorban yg membalut sekujur badan, kata-kata agamis yg diucapkan…. Apakah hanya sebatas itu hakekat Islam yg diinginkan Allah. Hanya sebatas itukah Islam yg diturunkan sebagai rahmat yg agung & anugrah yg besar bagi seluruh alam?
Apakah seperti ini hidayah yg dibawa oleh Muhammad saw., yg dengannya hendak dikeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya?
Itukah hakekat syariat Al-Quran yg akan mengobati penyakit umat manusia & menyelesaikan persoalan mereka, yg telah meletakkan sistem nilai -yang cermat dg akarnya yg kokoh- utk melakukan perbaikan?
Gelombang Taklid Kepada Barat
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai umat manusia seluruhnya…
Kita harus memahami bahwa sebuah gelombang peradaban yg siap menghempaskan & arus pemikiran yg siap melemparkan telah mengharu-biru akal pikiran manusia, yg membuatnya lalai & terperdaya, hingga jatuh tersunggkur dalam kubangan kenikmatan semu.
Berbagai faham & aliran bangkit dg seruannya, beragam filsafat pemikiran & sisitem dimunculkan, berbagai bangunan peradaban ditegakkan, semua ini bersatu dalam rangka menghadapi arus Islam yg telah mengaliri jiwa putra-putranya.
Mereka bersatu utk memperdayakan umat di tempat tingalnya sendiri, mengepung mereka dari segala penjuru, merasuki negeri & rumah-rumah mereka, bahkan menguasai hati, nalar, & perasaan mereka. Mereka menyiapkan segala daya & upaya yg dapat memperdaya umat dg kekuatan & kekuasaannya, dg suatu upaya yg belun pernah dilakukan sebelumnya.
Ia hancur luluhkan umat Islam hingga akar-akarnya, & ia pencundangi berbagai negeri yg dahulu pernah cemerlang di bawah panji Daulah Islam. Dan ini semua memberi pengaruh yg amat nyata, sehingga lahirlah generasi yg gersang & papa, yg lebih akrab dg nilai-nilai di luar Islam daripada dg miliknya sendiri.
Mereka lalu menempati posisi-posisi penting sebagai pengendali urusan umat, mereka menduduki posisi terhormat dalam urusan pemikiran & politik, maupun moral & agama. Bahkan banyak diantaranya yg menduduki lembaga eksekutif. Lalu mereka mendorong umat utk bekerja memenuhi apa yg menjadi ambisi & obsesinya, padahal dirinya tdk tahu persis apa yg dimauinya & apa pula yg menjadi orientasi hidupnya.
Akhirnya, berkumandanglah suara propagandis yg menyeru kepada pemikiran toghut2; jika kalian melepaskan sisi-sisa semangat Islam kalian, kalian terima dg lapang dada tawaran utk merengkuh nikmat hidup ini dg segala harga, pola pikir & Iafenomenanya, kalian lemparkan jauh-jauh pola pikir kuno yg ada di kepala & benak kalian dg tulus hati, tdk munafik & menipu, maka hakikatnya kalian telah berprilaku sebagaimana orang-orang barat namun mulut kalian tetap bersuara sebagaimana orang-orang muslim.
Sesungguhnyalah kita mengetahui bahwa kita telah jauh dari hidayah & akar Islam.
Sebenarnya Islam tdk menolak utk memetik kemanfaatan & hikmah dari mana pun datangnya, namun ia menolak tegas jika harus menyerupakan segala sesuatunya dg hal yg di luar Islam, / melemparkan aqidah, kaidah-kaidah hukum, serta pemikiran Islam, utk kemudian membeo di belakang masyarakat yg telah terperdaya oleh dunia & terperangkap oleh tipu daya syetan.
Sungguh , ilmu pengetahuan telah maju, keterampilan telah canggih, pemikiran telah berkembang, harta berceceran & dunia gemerlapan & umat manusia pun tenggelam dalam lautan kenikmatan.
Namun demikian, apakah ini semua mendatangkan kebahagian hakiki bagi mereka?
Apakah itu semua menciptakan rasa aman pd hidup mereka?
Atau, apakah itu semua membawa jiwa mereka menuju ketenangan & kedamaian yg sejati?
Apakah setiap orang telah menikmati saat tidurnya?
Apakah air mata derita manusia benar-banar tiada lagi menetes?
Apakah kejahatan telah diperangi sehingga masyarakat telah aman daripadanya?
Apakah berjuta fakir miskin telah benar-benar dapat mencukupi kebutuhan perutnya yg dililit rasa lapar?
Apakah berbagai tempat hiburan & kesenangan yg telah memenuhi setiap tempat benar-benar telah menghibur mereka yg didera derita hidup terus-menerus?
Apakah masyarkat telah benar-benar mencicipi hidangan ketenangan & kedamaian, & telah aman dari perilaku orang-orang aniaya?
Wahai manusia, sedikitpun tdk mereka dapatkan semua itu.
Jika demikian, lalu apa keistimewaan peradaban ini dibanding dg peradaban yg lain?
Dan bukan itu saja.
Tidakkah kita melihat bahwa sistem hukum, sistem pendidikan, & akar filsafat mereka, bahkan paradigma ilmu pengetahuan yg mereka bangun serta angka-angka yg mereka ciptakan terdapat sesuatu yg paradoks antara satu bagian dg bagian lainnya.
Dan tidakkah kita mengamati bahwa berbagai eksperimen yg telah meminta korban yg besar & waktu yg panjang berujung pd kegagalan yg pahit, keputusasaan & penderitaan?
Lantas apa urgensi keberadaan kita wahai Ikhwanul Muslimin?
Secara umum dapat kita katakan bahwa kita berhadapan dg gelombang materialisme, yg berupa kebangkitan sektor materi & peradaban kelezatan serta syahwat, yg mana ia telah memerosotkan moral bangsa-bangsa Islam, menjauhkan mereka dari kepemimpinan Nabi saw. Dan hidayah Quran, menghalangi dunia dari bimbingannya, menarik mundur peradabannya ke masa ratusan tahun silam sehingga kita terbelenggu di negeri sendiri & membiarkan masyarakat bergulat dg derita.
Kita tdk boleh tinggal diam di hadapan ini semua, namun harus hadapi mereka ditempatnya & siap bertempur di bumi mana ia bercokol, hingga dunia seluruhnya menyuarakan dakwah atas nama Nabi saw. Dan menanamkan keyakinan kepada semua bangsa terhadap nilai-nilai Islam.
Dengan demikian, terkembanglah payung Islam mengayomi seluruh bumi. Ketika itulah impian setiap muslim terwujud. Tidak ada lagi fitnah & agama seluruhnya hanya milik Allah.
“Bagi Allah-lah urusan sebelum & sesudah (mereka menang). Dan di hari kemenangan itu bergembiralah orang-orang yg beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yg dikehendaki-Nya & Dialah yg Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (A-Ruum: 30)
Itulah urgensi keberadaan kita scara umum.
Adapun dalam tatanan praktis kita ingin menegakkan nilai-nilai Islam di negeri Mesir terlebih dahulu, karena ia berada di barisan depan diantara berbagai bangsa Islam & masyarakatnya. Setelah itu baru ditegakkan di negara-negara lainnya.
Menegakkan sistem perundangan dalam negeri, sebagai perwujudan firman Allah:
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yg diturunkan Allah, & janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hartilah kamu terhadap mereka supaya mereka tdk memalingkan kamu dari sebagian apa yg diturunkan Allah kepadamu…”(Al-Maidah: 49)
Menegakkan sistem perundangan yg mengatur hubungan negara dg berbagai bangsa di dunia, utk mewujudkan firman Allah:
“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yg adil & pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”2 (Al-Baqarah: 143)
Menegakkan hukum peradilan yg berpijak pd ayat Al-Quran:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tdk beriman hingga mereka menjadikan kami hakim terhadap perkara yg mereka perselisihkan, kemudian mereka tdk merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yg kamu berikan & mereka menerima dg sepenuhnya.” (An-Nisa: 65)
Menegakkan sistem perundangan pertahanan & keamanan serta militer, utk merealisasi anjuran sikap siaga menghadapi perintah yg tertuang dalam Quran:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, & berjihadlah dg harta & dirimu di jalan Allah” 2(At-Taubah: 41)
Menegakkan sistem ekonomi yg mandiri utk mengatur kekayaan alam harta benda, baik bagi negara maupun pribadi warganya. Hal ini berpijak pd firman Allah:
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yg tdk sempurna akalnya harta yg dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.” (An-Nisa:5 )
Menegakkan sistem pendidikan & pengajaran dalam rangka memberantas kebodohan, sesuai dg pesan Ilahi dalam Quran:
“Bacalah dg menyebut Nama Tuhanmu yg menciptakan.” (Al-Alaq: 1)
Menegakkan undang-undang keluarga & kerumahtanggaan utk menciptakan suasana yg kondusif bagi pendidikan anak di rumah, baik putra maupun putri. Hal ini sebagia realisasi firman Allah:
“Wahai orang-orang yg beriman jagalah diri & keluargamu dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia & batu…”(At-Tahrim: 6)
Menegakkan sistem perundangan yg mengatur perilaku individu utk mewujudkan keberhasilan hidup yg dicita-citakan, sesuai dg isyarat Quran:
“Telah beruntung orang yg mensucikan dirinya.” (Asy-Syams)
Menegakkan iklim positif secara umum utk melindungi setiap pribadi masyarakat, baik pejabat maupun rakyat, dg berpijak pd firman-Nya:
“Dan carilah pd apa yg telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, & janganlah kamu melupakan bagianmu dari kehidupan duniawi, & berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, & janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini.” (Al-Qashash: 77)
Dengan tegaknya itu semua, kita menginginkan terwujudnya:
Pribadi muslim.
Rumah tangga muslim.
Masyarakat muslim.
Pemerintah muslim.
Dan suatu negara yg mengayomi negri-negeri Islam, menghimpun berbagai keanekaragaman kaum muslimin, menyiapkan kejayaan masa depan mereka, mengembalikan buminya yg hilang & berjuang mendapatkan kembali tanah air mereka yg terampas. Lalu ia panggul panji jihad & bendera dakwah ilallah2 hingga dunia seluruhnya damai di bawah naungan Islam.
Wahai sekalian manusia….
Inilah tujuan kami, & Inilah manhaj kami.
Lantas apa bekal kami utk mewujudkan manhaj ini?
Bekal kami adalah bekal yg juga dimiliki para pendahulu kami. Dia adalah senjata yg pernah dipakai utk memerangi dunia oleh pemimpin & teladan kami; Muhammad Rasulullah saw. & para sahabatnya. Dengan kelangkaan bilangan & sedikitnya bekal namun ditopang oleh kesungguhan yg agung. Itu pula senjata yg akan kami pergunakan utk memerangi dunia ini kembali.
Mereka telah beriman dg sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya, sesuci-sucinya & seabadi-abadinya iman;
- Iman kepada Allah, pertolongan, & dukungan-Nya.
“Jika Allah menolong kamu , maka tdk ada orang yg dapat mengalahkan kamu…” (Ali Imran: 160)
- Iman kepada panglimanya, beserta ketulusan hati, & kepemimpinannya,
“Sesungguhnya telah ada pd diri Rasulullah itu suri tauladan yg baik bagimu…”(Al-Ahzab: 21)
- Iman kepada sistem dg keistimewaan & keunggulannya,
“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah & kitab yg menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yg mengikuti keridhan-Nya ke jalan keselamatan…” (Al-Maidah: 16)
- Iman kepada persaudaraan dg hak & kewajiban serta kesuciannya,
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (Al-Hujurat: 10)
- Iman kepada balasan akhirat dg keagungan & kelipatannya,
“…Yang demikian itu adalah karena mereka tdk ditimpa kehausan, kepayahan, & kelaparan di jalan Allah, & tdk pula menginjak suatu tempat yg membangkitkan amarah orang-orang kafir, & tdk menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dg yg demikian itu suatu amal shaleh. Sesungguhnya Allah tdk menyia-nyiakan pahala orang-orang yg berbuat baik. (At-Taubah: 120)
- Iman kepada keberadaan diri mereka sendiri, yakni sebagai jamaah yg dipilih oleh takdir utk berperan menyelamatkan alam semesta ini, yg telah mendapatkan keutamaan dg peranannya ini & jadilah mereka sebaik-baik umat yg dilahirkan utk manusia seluruhnya.
Mereka telah mendengar penggilan iman, lalu mereka pun beriman. Kita berharap bahwa Allah swt. berkenan menanamkan rasa cinta kepada iman ini & menjadikannya sebagai hiasan di hati, sebagaimana ia telah menganugrahkan hal yg sama kepada para pendahulu kita.
Iman Adalah Bekal Utama Kami
Mereka telah mengetahui dg pengetahuan yg sebenar-benarnya & sekuat-kuatnya bahwa dakwah mereka tdk akan memperoleh kemenangan kecuali dg jihad, kesungguhan, & pengorbanan jiwa raga. Maka mereka pun persembahkan jiwa & raganya. Mereka berjihad dg sebenar-benar jihad & menyambut seruan Zat Yang Maha Rahman kepada mereka:
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yg kamu usahakan, perniagaan yg kamu khawatiri kerugiannya, & rumah-rumah tempat tinggal yg kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah & Rasul-Nya & berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”‘ (At-taubah: 24)
Maka begitu mereka mendengar peringatan, mereka lari meninggalkan segalanya dg jiwa yg bersih & kalbu. yg ridha. Mereka bersuka. cita dg janji setia yg telah mereka ikrarkan kepada Allah. Salah satu dari mereka memeluk akrab kematian sambil bergumam, “…Menuju keharibaan Allah tanpa bekal. ”
Salah satu dari mereka mempersembahkan seluruh hartanya sembari berkata, “Untuk keluarga saya sisakan Allah & Rasul-Nya ”
Satu lagi dari mereka bahkan bersenandung tatkala pedang musuh telah menempel di lehernya,
Dan aku pun tiada peduli &# tatkala terbunuh sebagi muslim
Dalam keadaan bagaimana jua &# pangkuan Allah lah tempat robohku
Demikianlah, mereka adalah orang-orang yg gigih perjuangannya, besar pengorbanannya, & luas persembahannya. Demikian juga yg kita inginkan.
Jihad Adalah Bekal Kami juga
Setelah itu semua kami persembahkan, kami percaya sepenuhnya akan pertolongan Allah, & kami yakin atas dukungan-Nya.
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yg menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Yaitu orang-orang yg jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yg maruf & mencegah perbuatan yg mungkar, & kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(Al-Hajj:39-40)
Antara Hayalan & Kenyataan
Orang-orang yg mendengar uraian ini akan berkata. bahwa itu adalah hayalan & impian belaka.
Bagaimana mungkin orang-orang yg tdk memiliki kekuatan apapun kecuali iman & semangat jihad dapat mengalahkan kekuatan raksasa yg memiliki senjata beranekaragam?
Bagaimana mungkin mereka dapat menembus jantung pertahanan musuhnya padahal ia berada di antara dua taring harimau ?
Banyak orang akan mengatakan ungkapan yg serupa ini. Yang demikian itu bisa dimaklumi, karena mereka telah putus asa akan nasib dirinya & telah putus asa akan terjalinnya hubungan dg Yang Mahakuat & Maha Menentukan.
Akan halnya kami, tidaklah demikian keadaannya. Kami tegaskan bahwa ia adalah kenyataan yg kami yakini wujudnya & tengah kami perjuangkan tegaknya. Kami merenungi firman Allah swt.,
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu berharap dari Allah apa yg tdk mereka harapkan.” (An-Nisa: 104)
Sesungguhnya para pendahulu kami, yg telah membebaskan berbagai wilayah bumi & telah Allah swt. kokohkan kedudukannya, tidaklah besar bilangan personilnya & tdk pula melimpah bekal persiapannya, namun mereka beriman dg sungguh-sungguh & berjihad.
Dan hari ini kami akan kalkulasi diri dg penuh optimisme sebagaimana Rasulullah saw. mengkalkulasi pd suatu hari, tatkala beliau bersabda,
“Berilah Khubbaib kabar gembira akan munculnya kemenangan ini sehingga seorang pengembara berjalan dari Adn ke Amman tdk merasa takut kecuali kepada Allah, & domba pun aman di hadapan serigala.”
Padahal ketika itu mereka masih bersembunyi.
Sebagaimana suatu hari beliau menjanjikan kemenangan kepada Suraqah bin Malik, mahkota salah seorang petinggi Kisra. Padahal beliau ketika itu berhijrah dg agamanya tanpa bekal sesuatu pun kecuali Allah & sahabatnya (Abu Bakar).
Dan sebagaimana beliau berteriak suatu hari tatkala menyaksikan istana putih Romawi, padahal ketika itu ia dikepung pasukan musyrikin di Madinah dg tentaranya dari segala penjuru,
“…Dan tatkala tdk tetap lagi penglihatan (mu) & hatimu naik menyesal sampai ke tenggorokan.” (Al-Ahzab: 10)
Lalu Apa Lagi Setelah Itu ?
Setelah itu semua, kita menyaksikan telinga zaman dg khusyuknya mendengarkan dakwah Rasulullah saw., lisan sejarah pun menggemakan suara ayat-ayat suci Al-Quran, maka menyemburatlah mentari hidayah dari kalbu para sahabat & pengikutnya di setiap tempat, besinarlah cahayanya menerangi alam, semerbaklah harum bunga kedamaian menghiasi dunia, & manusia pun dapat menikmati manisnya kebahagiaan lantaran keadilan hukum. Rakyat merasakan aman sentausa bernaung di bawah payung generasi awal ini, yakni murid-murid Muhammad saw., maka direbutlah kemudian istana Romawi, tunduk pula bersamanya kota-kota di Persia.
Lalu bumi dipenuhi dg bentangan ajarannya. Tunduklah ia utk menerima petunjuk yg menyelamatkan. Nafas kenabian mengalirinya berpadu dg wahyu Ilahi yg suci sehingga Rahmat Allah meliputinya. dari Segala penjuru.
“Dan Allah menghalau orang-orang yg kafir itu yg keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tdk memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. Dan Ia menurunkan orang-orang Ahli Kitab (Bani Quraidhah) yg membantu golongan-golongan yg bersekutu dari benteng-benteng mereka, & Dia memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh & sebahagian yg lain kamu tawan. Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah & harta benda mereka, & (begitu pula) tanah yg belum kamu injak. Dan adalah Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 26)
Wahai manusia, kami akan mempersiapkan diri dg bekal ini, & kami akan memperoleh kemenangan sebagaimana yg diperoleh para pendahulu kami di saat yg lalu. Tiada kemenangan kecuali dari sisi Allah Yang Perkasa lagi Bijaksana. Dan Allah akan mewujudkan janji-janji-Nya kepada kami:
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang tertindas di bumi itu & hendak menjadikan mereka pemimpin & menjadikan mereka orang-orang yg mewarisi (bumi).” (AlQashash: 5)
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar & sekali-kali janganlah orang-orang yg tdk meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar-Ruum:60)
Seandainya Kita Memiliki Pemerintahan
Seandainya kita memiliki pemerintahan Islam yg sebenarnya yg dilandasi kebenaran iman, yg mandiri pola pikir & aplikasinya, yg menghargai kebenaran ilmu & melimpah ruahnya harta kekayaan yg dimiliki, yg menghargai keagungan sistem nilai Islam yg diwarisi, & yg percaya bahwa ia merupakan obat bagi derita masyarakatnya & petunjuk bagi manusia seluruhnya, niscaya kita dapat menuntutnya utk menegakkan dunia ini atas nama Islam.
Kemudian kita mempersilahkan berbagai bangsa utk melakukan Studi & observasi atasnya, kita tunjukkan bangunan umat kepada mereka dg dakwah yg terus menerus, dg pembicaraan yg argumentatif serta pengiriman duta-duta terbaiknya secara berkala, juga cara-cara lainnya. Dengan demikian jadilah wilayah ini titik sentral di tengah berbagai bangsa, baik secara politik, moralitas maupun aktivitas sosial lainnya. Ia pun dapat melakukan pembaharuan terhadap dinamika masyarakat, memberi dorongan kepada mereka utk meraih kejayaan & menggapai sinar terang di masa datang, & menanamkan semangat serta kesungguhan dalam bekerja.
Adalah sangat mengherankan, sebuah faham seperti Komunisme memiliki negara yg melindunginya, yg mendakwahkan ajarannya, yg menegakkan prinsip-prinsipnya, & menggiring masyarakat menuju ke sana.
Demikian juga Fasisme & Nazi. Keduanya memiliki bangsa yg mensucikan ajarannya, berjuang utk menegakkannya, menanamkan kebanggaan kepada para pengikutnya, menundukkan seluruh ideologi bangsa-bangsa utk mengekor kepadanya. Dan lebih mengherankan lagi kita dapati berbagai ragam ideologi sosial & politik di dunia ini bersatu. utk menjadi pendukung setianya. Mereka perjuangkan tegaknya dg jiwa, pikiran, pena, harta benda, & kesungguhan yg paripurna; hidup & mati dipersembahkan untuknya.
Namun sebaliknya, kita tdk mendapatkan tegaknya suatu pemerintah Islam yg bekerja utk menegakkan kewajiban dakwah kepada Islam, yg menghimpun berbagai sisi positif yg ada di seluruh aliran ideologi & membuang sisi negatifnya. Lalu ia persembahkan itu kepada seluruh bangsa sebagai ideologi alternatif dunia yg memberi solusi yg benar & jelas bagi seluruh persoalan umat manusia.
Padahal syariat Islam menetapkan bahwa dakwah adalah kewajiban mutlak, wajib atas seluruh kaum muslimin, baik sebagai bangsa maupun sebagai kelompok kecil, jauh sebelum semua ideologi tadi diciptakan & sebelum diketahui bahwa di sana ada sistem dakwahnya.
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yg maruf & mencegah dari yg munkar. Merekalah orang-orang yg beruntung.” (Ali Imran 104)
Akan tetapi, di mana gerangan para pemimpin negeri kita ini? mereka semua telah dididik di sarang pendidikan asing, mereka telah tunduk kepada pola pikirnya, mereka demikian antusias mengikuti jalan hidupnya, & mereka berlomba menjilat utk mendapatkan keridhaannya. Tidaklah berlebihan kiranya jika kami katakan bahwa gagasan-gagasan mandiri dalam mengurus berbagai persoalan & aktivitas, tdk lahir dari benak mereka sendiri apalagi lahir dari sistem nilainya.
Sebenarnya telah kami tawarkan keinginan ini kepada banyak pemimpin di Mesir. Namun sebagaimana biasa, mereka tdk menyambutnya dg antusias & tdk memberi pengaruh sedikitpun pd aktivitas mereka.
Orang-orang yg jiwanya, rumah tangganya serta urusan hidupnya, baik yg pribadi maupun sosial telah kehilangan ruh Islamnya, tentu. tdk mampu mengalirkannya. kepada orang lain, tdk kuasa utk menyerukan nilai-nilai dakwah yg bertentangan dg sasaran yg diseru.
Sebuah ungkapan mengatakan,
“Orang yg tdk memiliki sesuatu tdk dapat memberikannya.”
Memang bukan itu urgensi keberadaan mereka, wahai Ikhwan. Suatu eksperimen telah membuktikan bahwa mereka tdk berdaya sama sekali dalam mengemban tugas ini. Oleh karenanya, ini menjadi tugas generasi baru.
Perbaikilah aktivitas dakwahmu kepada mereka, bersungguh-sungguhlah dalam melakukan pembinaan, ajarilah mereka akan kemandirian jiwa & hati, kemandirian pemikiran & penalaran, & kemandirian kerja & jihad. Penuhilah jiwa mereka yg enerjik dg keagungan Islam & keindahan Quran, & gemblenglah mereka di bawah kibaran panji Muhammad saw. Niscaya tdk lama lagi kalian akan menyaksikan munculnya seorang pemimpin Islam, yg siap berjuang memerangi aib dirinya. & siap menciptakan kebahagiaan bagi orang lain.
Karakter Pola Pikir Kami
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai manusia seluruhnya…
Kami bukan partai politik, meskipun politik sebagai salah satu pilar Islam adalah prinsip kami.
Kami bukan yayasan sosial & perbaikan, meskipun kerja sosial & perbaikan adalah bagian dari maksud besar kami.
Kami bukan klub olah raga, meskipun olah raga & olah rohani menjadi salah satu perangkat terpenting kami.
Kami bukan kelompok-kelompok macam itu semua, karena itu semua diciptakan utk tujuan parsial & terbatas, utk masa yg terbatas pula. Bahkan terkadang tdk dibuat kecuali sekedar menuruti perasaan sesaat; ingin membuat organisasi, lalu dihias dg berbagai slogan & sebutan kelembagaan yg muluk-muluk.
Namun wahai sekalian manusia, kami adalah pemikiran & akidah, hukum & sistem, yg tdk dibatasi oleh tema, tdk diikat oleh jenis suku bangsa, & tdk berdiri berhadapan dg batas geografis. Perjalanan kami tdk pernah berhenti sehingga Allah swt. mewariskan bumi ini dg segala isinya kepada kami, karena ia adalah sistem milik Rabb, Penguasa alam semesta, & ajaran milik rasul-Nya yg terpercaya.
Bukan sombong, kami inilah, wahai sekalian manusia, pemegang tongkat estafet panji Islam sesudahnya. Kami angkat benderanya tinggi-tinggi sebagaimana para shahabat mengangkatnya, kami kibarkan & kami sebar luaskan ia sebagaimana mereka menyebar luaskannya, kami jaga Qurannya sebagaimana mereka menjaganya, & kami diberi janji kemenangan sebagaimana mereka diberinya. Kami inilah rahmat Allah utk seluruh alam,
“Dan sungguh engkau pasti mengetahui beritanya beberapa saat lagi.”
Wahai ikhwanul Muslimin.
Itulah posisi kalian, janganlah kalian kecilkan arti dirimu, dg membanding-bandingkan diri dg orang lain, janganlah kalian tempuh jalan bukan Islam dalam dakwahmu, janganlah kalian ukur dakwahmu, yg cahayanya diambil dari cahaya Allah & sistemnya dari sistem yg dibawa Rasulullah, dg dakwah lain yg munculnya lantaran kebutuhan sesaat & lalu sirna ditelan masa & berbagai peristiwa.
Kalian telah berdakwah & telah pula berjihad. Dan kalian telah menyaksikan buah dari kesungguhan kalian yg besar ini.
Dengarlah, suara dakwah menggema, menyeru kepada kepemimpinan Rasulullah saw. & keunggulan undang-undang Quran, menyeru kepada kebangkitan utk berkarya & memurnikan tujuan hanya utk Allah swt. semata.
Lihatlah, darah telah mengalir di jalan Allah dari para pemuda yg suci & mulia, & lihatlah pula semangat utk meraih syahadah (mati syahid) di jalan Allah telah berkobar.
Ini semua adalah keberhasilan. Sebuah keberhasilan yg lebih besar dari sekedar apa-apa yg kalian nantikan. Maka teruskan perjuanganmu, berkaryalah secara nyata, Allah selalu bersamamu, sedangkan amalmu sekali-kah tidaklah sia-sia.
Barang siapa bergabung bersama kami hari ini, ia telah beruntung sebagai pendahulu. Dan barang siapa masih enggan bersama kami hati ini, padahal ia seorang yg berhati ikhlas, ia akan bersama kami esok hati. Yang lebih dahulu tentu lebih utama.
Sedangkan barangsiapa yg berpaling dari dakwah kami, baik karena tdk punya perhatian, / karena sombong, / karena meremehkan, / karena tdk yakin dg kemenangannya, maka hari-hari mendatang akan membuktikan bahwa dirinya salah besar, & Allah swt. akan melempar kebatilannya dg kebenaran kami lalu Dia hancurkan kebatilan itu & lenyaplah akhirnya.
Marilah bersama kami, marilah bersama kami, wahai para aktifis dakwah & para mujahid yg ikhlas. Di sinilah jalan lurus itu, di sini pula arah yg lempang, maka janganlah kau bagi-bagi kekuatan & kesungguhanmu hingga tercecer.
“Dan sesungguhnya, inilah jalan-Ku yg lurus, maka ikutilah dia, & janganlah kamu ikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah agar kamu bertaqwa,” (Al-Anam: 153)
Hasan..Al-Banna
No comments:
Post a Comment