METHODE MADZHAB AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DALAM ILMU TAUHID
Di dalam mempelajari ilmu Tauhid madzhab Ahlu-sunnah wal Jama’ah menggunakan dalil-dalil:
1. Dalil Naqly ialah dalil dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.
2. Dalil Aqly ialah dalil yang berdasarkan akal pikiran yang sehat.
1. Dalil Naqly ialah dalil dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.
2. Dalil Aqly ialah dalil yang berdasarkan akal pikiran yang sehat.
Sebagaimana kami terangkan di atas bahwa madzhab Mu’talizah mengutamakan dalil akal dari pada dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka berani menafsirkan al-Qur’an menurut akal, sehingga ayat-ayat al-Qur’an disesuaikan dengan akal mereka.
Apabila ada Hadits yang bertentangan dengan akal, mereka tinggalkan Hadits dan mereka berpegang kepada akal pikirannya. Ini merupakan suatu these (aksi) yang akhirnya menimbulkan antithese (reaksi) yang disebut golongan Ahlul Atsar.
Cara berpikir Ahlul Atsar kebalikan cara berpikir golongan Mu’tazilah, Ahlul Atsar hanya berpegangan kepada al-Qur’an dan As-sunnah. Mereka tidak berani menafsirkan al-Qur’an menurut akal, karena khawatir takut keliru, khususnya dalam ayat-ayat al-Mutasyabihat mereka menyerahkan maknanya kepada Allah SWT.
Seperti firman Allah SWT. dalam surat al-Fath. Ayat. 10.:
Artinya:
“Tangan Allah di atas tangan mereka.”
Artinya:
“Tangan Allah di atas tangan mereka.”
Ahlul Atsar tidak mau menafsirkan apa yang dimaksud dengan tangan pada ayat tersebut, mereka menyerahkan maknanya kepada Allah SWT. Fatwa mereka hanya berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah semata. Apabila mereka tidak menjumpai dalam al-Qur’an dan as-Sunnah mereka tidak berani untuk berfatwa. Dari golongan ini lahirlah seorang Imam yang bernama Muhammad bin Abdil Wahab lahir di Nejed th 703M.
Maka madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah yang di bawakan oleh al-Imam Abdul Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi mengembalikan ajaran Islam kepada sunnah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya dengan berpegangan kepada dalil al-Qur’an dan as-Sunnah dengan tidak meninggalkan dalil-dalil akal. Artinya memegang kepada dalil akal tetapi lebih mengutamakan dalil al-Qur’an dan as-Sunnah.
Cara mempergunakan dalil-dalil :
Madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah mendahulukan atau mengutamakan dalil naqly dari pada dalil aqly. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dalil naqly diibaratkan pelita, agar mata tidak tersesat, maka pelita kita letakkan di depan kemudian mata mengikuti pelita.
Akal manusia mengikuti dalil al-Qur’an dan Hadits yang disesuaikan dengan akal manusia, Rasulullah SAW. bersabda:
“Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.”
“Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal.”
Maksudya: orang yang berakal menerima agama. Akal menerima agama, bukan agama menerima akal, karena akal manusia bermacam-macam.
Agama ialah syariat yang diletakkan oleh Allah SWT. bersumberkan kepada wahyu dan sunnah Rasulullah SAW., bukan bersumberkan kepada akal. Agama bukan akal manusia dan akal manusia bukan agama.
Fatwa agama yang datang dari manapun saja kalau tidak berdasarkan al-Quran, as-Sunnah, al-Ijma’ dan al-Qiyas wajib kita tolak .Maka di dalam ilmu Tauhid, kita berpegangan kepada al-Imam Abdul Hasan al- Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
Al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari dilahirkan di Basrah pada tahun 260 H dan wafat tahun 324 H. Beliau belajar kepada ulama ‘Mu’tazilah, diantaranya al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab al-Jabal. Karena pada masa itu Mu’tazilah merupakan madzhab pemerintah pada zaman khalifah Abbasiyah; khalifah al-Ma’mun bin Harun al-Rasyid al-Mu’tashim dan al-Watsiq, dan beliau termasuk pengikut setia madzhab mu’tazilah.
Setelah beliau banyak melihat kekeliruan faham Mu’tazilah, maka beliau menyatakan keluar dari Mu’tazilah di depan khayalak ramai dengan tegas, bahkan akhirnya beliau menolak pendapat-pendapat Mu’tazilah dengan dalil-dalil yang tegas.
Dalam Ilmu Tauhid tersebut telah diuraikan bagaimana kita beriman Kepada Allah SWT. dengan segala sifat-sifat-Nya.
No comments:
Post a Comment