Total Pageviews

Monday, May 16, 2011

metode-Metode pembelajaran

Metode praktek
Metode praktek merupakan metode mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan latihan praktek agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
Alasan menggunakan metode ini adalah :
• Dengan praktek siswa akan lebih mengaplikasikan teri yang diberikan oleh guru / pembimbing.
• Siswa akan mampu membuktikan / mempercayai teori yang telah dia dapatkan setelah praktek.
• Siswa menjadi tidak bingung / ngambang terhadap teori yang didapatkan dengan menjalankan praktek.
Kelebihan metode pelatihan
• Siswa langsung dihadapan pada permasalahan nyata, yaitu praktek. Misalnya bagaimana membuat kunci pas dll.
• Ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari dari teori yang disampaikan guru dengan melakukan praktek.
• Seorang siswa benar-benar memahami apa yang disampaikan.
Kelemahan metode praktek
• Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa
• Guru / pembimbing biasanya setelah selesai memberi contoh meninggalkan ruangan praktek.
• Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai

Metode Tanya Jawab dalam Pembelajaran
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletak dalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
Di suatu kelas SMP Guru akan mengajarkan pokok bahasan “puisi baru”, dengan bertanya : “Bentuk-bentuk puisi lama, dalam sastra melayu, telah kita kenal. Tiap-tiap macam memiliki ciri yang berbeda, yang merupakan ikatan. Oleh karena itulah tiap bentuk mempunyai nama sendiri. Coba sekarang kita tulis di papan tulis apa yang kemarin telah kita pelajari.
Guru : ”Apa sajakah nama-nama puisi lama itu?”
Siswa : “pantun”
Guru : “Baik, coba sebutkan yang lain, Wati!”
Siswa : “talibun, karmina”"
Guru : “Betulkah anak-anak?”
Siswa : “Betul, tetapi masih ada lagi, syair”
Guru : “Bagus, hari ini akan ibu lanjutkan dengan lahirnya puisi baru”.
Apakah ini penggunaan metode tanya-jawab yang baik ? Di sini Guru menggunakan teknik tersebut untuk meninjau secara singkat pelajaran yang lalu dengan tujuan memusatkan lagi perhatian siswa-tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai pada hari-hari yang lalu, dengan demikian ia dapat melanjutkan pelajaran berikutnya. Guru sendiri sebetulnya dapat juga mencantumkan ikhtisar pelajaran yang lampau di papan tulis, tetapi ia nierasa bahwa perhatian siswa dapat dipusatkan lebih baik bila mereka sendiri harus mengingat rentetan peristiwa. Kalau murid ikut serta, Guru akan mengetahui sejauh mana siswa telah menangkap pembicaraannya. Karena itulah penggunaan metode tanya jawab di sini adalah wajar.
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
Di salah saru kelas SMP, di tengah-tengah pelajaran, Guru menghentikan pembicaraannya mengenai riwayat hidup Chairil Anwar kemudian bertanya kepasa para pelajar : “Riwayat hidup dan perjuangan Chairil Anwar baru saja kita dengar; siapa yang dapat menyebutkan beberapa hasil karyanya?”
Budi : “Aku”
Arya : “Beta Pattirajawane”
Guru : “Ya, tentang apa sajak “Aku” itu? Bagaimana masalahnya? -
Di sini Guru telah mengajukan pertanyaan tentang fakta untuk menyelingi teknik berbicara yang dipakainya dan untuk mengikutsertakan para siswa. Guru sebenarnya dapat menyebut nama-nama sajak itu^ tetapi ia berpendirian bahwa jika siswa mengetahui jawabannya, akan lebih berarti, Sumbangan pikiran merupakan penggunaan tanya-jawab yang wajar
3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Pada suatu poko bahasan “lahirnya sastra baru” Guru ingin agar tidak hanya ia sendiri yang bercerita melainkan ingin memimpin pemikiran siswa, maka dimulailah dengan mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Guru : “Ada pendapat bahwa sastra baru ada setelah bahasa Indonesia lahir. Kalau demikian, kira-kira kapan titik mula sastra baru itu ?”
Arya : “Bahasa Indonesia dicanangkan sebagai bahasa kesatuan pada saat Sumpah Pemuda, dengan demikian sastra baru itu lahir pada tahun 1928″.
Guru : “Baik kira-kira sekitar tahun itu”. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaan yang menjadi perbedaan hakiki kesusastraan Melayu dengarikesusastraan Indonesia. Lalu bagaimana kesusatraan Melayu pada saat itu ?”
Amien : “Kalau demikian sebelum adanya kesadarari kebangsaan, kesusastraan Melayu sama halnya dengan kesustraan daerah lainnya seperti kesusastraan Jawa, Sunda, Bali dan lain sebagainya “.
Guru : “Betul, begitulah keadaan saat itu”. “Kalau dihubungkan dengan kesadaran kebangsaan atau nasionalisme, kira-kira tahun berapa mulai ?”
Ahok : “Bukankah nasionalisme itu mulai ada pada tahun 1920,1921, atau 1922″.
Guru : “Baik, tetapi mengapa kamu sebutkan tahun itu ?
Ahok : “Karena saat itu sudah ada puisi yang benema cinta lanah air seperti karya Muhammad Yanto. Sanusi Pane “.
Dengan seterusnya hingga anak-anak tidak mendengarkan saja cerita Guru melainkan dipimpin untuk berpartisipasi. Di sini Guru menygunakan metode tanya-jawab dengan efektif. Suatu poko bahasan yang ada sangkut pautnya dengan sejarah (yang sudah dipelajari anak) dipakai sebagai acuan untuk membawa pemikiran anak pada lahirhya sastra baru. Penggunaan metode tanya-jawab ini wajar. Sebaliknya, marilah kita ikuti kejadian berikut ini:
Menilai kemajauan siswa Di suatu pelajaran bahasa Indonesia di SMP, Guru berkata:
Coba lihat sekarang, apakah pelajaran kemarin telah kamu pelajari sebaik-baik
Guru : “Sistem bunyi dalam bahasa Indonesia hanya mengenal tiga buah diftong, coba sebutkan Ani !”
Ani : “ai,audanoi”
Guru : “Baik, coba Badri beri contoh untuk “ai”
Badri : “Pandai”
Guru : “Betul, kalau contoh “oi” siapa dapat ?”
Amir : “Amboi”
Guru : “Baik, baik. Kamu semua sudah mengerti pelajaran kemarin. Hari ini kita akan belajar huruf rangkap”.
Apakah penggunaan metode di sini wajar 7 Dalam hal ini Guru menggunakan metode tanya-jawab untuk mengukur sejauh mana penguasan siswa. Kelas yang mengikuti pelajaran berjumlah 40 orang, sedangkan yang ditanya hanya 3 orang yang kebetulan dap?.! menjawab dengan betul, maka seluruh kelas dianggap sudah menguasai pelajaran itu. Bagaimana dengan 37 orang lainnya ? Dalam hal ini akan lebih tepat bila Guru memberikan pertanyaan tertulis untuk mengetahui penguasaan tiap siswa. Oleh karena itu penggunaan metode tanya-jawab di sini tidak wajar.
Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima
Guru menanyakan pada kelas, mengapa Siti Nurbaya menyerah saja ketika dipaksa untuk menjadi istri Datuk Maringgih? Ada dua sebab, siapa dapat menyebutkan satu diantaranya?
Marwan : “Karena kaum wanita pada saat itu masih sangat patuh kepada segala perintah orang tua”.
Sarpin : “Kalau menurut pendapat saya, bukan karena patuh, tetapi takut pada orang yang; lebih berkuasa, dalam hal ini Datuk Maringgih”.
Guru : “Bukan, bukan itu ! Mari kita berpikir, apa sebab yang lain ?”
Tatik : “Kaum saya pada zaman itu belum berani kawin lari”.
Guru : “Bukan, bukan. Itupun bukan yang saya pikirkan. Ayo siapa bisa”?
Dalam hal ini sebenarnya anak-anak dapat bebas mengemukakan pendapat yang logis, namun sejak dari rumah, Guru sudah berpikir hanya ada 3 jawaban yang ada pada benak Guru. Oleh karena itu ia menutup kemungkinan jawaban lain dari siswanya, walaupun jawaban mereka cukup rasional
Dengan membatasi jawaban-jawaban yang dapat diterima kebenarannya, siswa menghadapi permainan tebakan. Sebenarnya jawaban yang logis dari siswa dapat diterima Guru, walaupun semula tidak ada dalam pikiran Guru. Oleh karena itu penggunaan tanya-jawab disini tidak wajar, sebab anak menjadi tidak berani mengutarakan pendapat, takut salah melulu.
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.


Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara”. Dalam ceramahnya kemungkinan guru menyelipkan pertanyaan pertanyaan, akan tetapi kegiatan belajar siswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok penting, yang dikemukakan oleh guru; bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa.
Dalam lingkungan pendidikan modern, ceramah sebagai metode mengajar telah menjadi salah satu persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagian orang menolak sama sekali dengan alasan bahwa cara sebagi metode mengajar kurang efisien dan bertentangan dengan cara manusia belajar. Sebaliknya, sebagian yang mempertahankan berdalih, bahwa ceramah lebih banyak dipakai sejak dulu dan dalam setiap pertemuan di kelas guru tidak mungkin meninggalkan ceramah walaupun hanya sekedar sebagai kata pengantar pelajaran atau merupakan uraian singkat di tengah pelajaran. Sehingga ketika praktek siswa akan tahu cara – cara praktek yang sesuai dengan prosedur yang ada.
• Dalam kegiatan belajar mengajar hal yang pertama dilakukan oleh seorang guru adalah penyampain materi yaitu dengan ceramah.
• Siswa akan mudah dalam praktek karena sudah mengetahui dasar materi yang akan dikerjakan, sehingga dalam praktek nantinya hasilnya akan maksimal. Karena tidak mungkin bisa langsung mempraktekkan sebuah materi tanpa dia mengetahui landasan teorinya. Contohnya : cara memegang kikir yang benar, siswa yang belum tahu cara memegang kikir yang benar, dia akan memegang kikir dengan asal – asalan. Akibatnya dia mudah lelah, tangan pun juga akan mudah lecet dll. Berbeda dengan siswa yang sudah tahu teori bagaimana cara memegang kikir yang benar.
• Ada interaksi belajar mengajar yang edukatif.
Keuntungan metode ceramah :
• Guru menguasai arah pembicaraan seluruh kelas : Kalau kelas sedang berdiskusi, sangatlah mungkin bahwa seorang siswa mengajukan pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain, hal ini dapat mempengaruhi suasana dan diskusi jadi berkepanjangan bahkan sering menyimpang dari pokok bahasan. Tetapi pada metode ceramah hanya guru yang berbicara, maka ia dapat menentukan sendiri arah pembicaraan.
• Organisasi kelas sederhana : Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi guru adalah buku catatannya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam hal pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi dimana guru harus mengatur alat-alat. Atau dibandingkan dengan kerja kelompok, dimana guru harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas.
• Hemat dalam penggunaan waktu dan alat
• Mampu membangkitkan minat dan intusias siswa
• Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya.
• Mendengar dapat terjadi dalam tiga bentuk:
Pertama, mendengar secara marginal yaitu mendengar sambil memperhatikan hal-hal lain, misal mendengar sambil membaca Koran
Kedua, mendengar evaluatif yaitu mendengar sambil menilai informasi yang didengar menurut sudut pandang pendengar
Ketiga, mendengar proyektif yaitu mendengar denganmenempatkan diri pada jalan pikiran sipembaca sehingga informasi yang didengar diterima dan dipahami dari sudut si pembicara
• Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber
• Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.
Kelemahan metode ceramah :
• Guru tak dapat mengetahui sampai dimana siswa telah mengerti pembicaraannya. Kadang-kadang guru beranggapan bahwa kalau para siswa duduk diam mendengarkan atau sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, berarti mereka telah mengerti apa yang diterangkan guru. Padahal anggapan tersebut sering meleset, walaupun siswa memperlihatkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi guru tidak mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanya jawab atau tes.
• Kata-kata yang diucapkan guru, ditafsirkan lain oleh siswa. Dapat terjadi bahwa siswa memberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh guru. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak untuk setiap kata tertentu.
• Ceramah cenderung pada pola strategis ekspesitorik yang berpusat pada guru
• Metode ceramah cenderung menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan pencatat.
• Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.

Metode Evaluasi
• Metode Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan kenyataan mengenai proses pembe-lajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. (dikutip dari Bloom et.all 1971).
Stufflebeam et.al 1971 mengatakan bahwa evaluasi adalah proses menggam-barkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.
Evaluasi sendiri memiliki beberapa prinsip dasar yaitu :
Evaluasi bertujuan membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi masyarakat.
• Evaluasi adalah seni, tidak ada evaluasi yang sempurna, meski dilakukan dengan metode yang berbeda.
• Pelaku evaluasi atau evaluator tidak memberikan jawaban atas suatu pertanyaan tertentu. Evaluator tidak berwenang untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya membantu memberikan alternative
• Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan.
• Evaluator tidak terikat pada satu sekolah demikian pula sebaliknya.
• Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi maka lakukanlah revisi.
• Evaluasi memerlukan data yang akurat dan cukup, hingga perlu pengalaman untuk pendalaman metode penggalian informasi.
• Evaluasi akan mantap apabila dilkukan dengan instrumen dan teknik yang aplicable.
• Evaluator hendaknya mampu membedakan yang dimaksud dengan evaluasi formatif, evaluasi sumatif dan evaluasi program.
• Evaluasi memberikan gambaran deskriptif yang jelas mengenai hubungan sebab akibat, bukan terpaku pada angka soalan tes.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa sesungguhnya evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan sebab akibat di antara faktor yang mempengaruhi objek tersebut.
Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan : “ Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. Dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

Memberikan penjelasan mengenai
1. Tujuan penugasan
2. Bentuk pelaksanaan tugas
3. Manfaat tugas
4. Bentuk Pekerjaan
5. Tempat dan waktu penyelesaian tugas
6. Memberikan bimbingan dan dorongan
7. Memberikan penilaian
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :
1. Tugas membuat rangkuman
2. Tugas membuat makalah
3. Menyelesaikan soal
4. Tugas mengadakan observasi
5. Tugas mempraktekkan sesuatu
6. Tugas mendemonstrasikan observasi

Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga :
1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa
6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Adapun kelemahan metode pemberian tugas
1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5. Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
Demikianlah sedikit ulasan tentang metode pemberian tugas. Semoga bermanfaat. Ada berbagai metode pembelajaran yang akan saya tuliskan setelah metode pemberian tugas. Selamat menjadi guru yang baik dan profesional.

METODE DINAMIKA KELOMPOK
• Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berarti Interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.
Maka Dinamika Kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
• Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:
o Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
(Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
o Memudahkan segala pekerjaan.
(Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
o Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efesian.
(pekerjaan besar dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
o Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
(setiap individu bisa memberikan masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)
• Ciri ciri dinamika kelompok
o Interaksi : saling mempengaruhi ( mutual influence ) secara fisik maupun verbal, non verbal, emosional dsb
o Goal : personal goal dan commons goal
o Struktur : pembagian tugas, pembagian peranan
o Norm : Social norm dan legalistik norm
o Groupness : in group feeling, toleransi, solidaritas, konformitas, obedience
o Entitas
o Ethos, spirit de corp
• Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau motivasi, dan tujuan yang sama dalam memanuhi kebutuhannya. Seperti yang terlihat dalam bagan berikut ini:

• Penjelasan dari bagan diatas
Pembentukan kelompok diawali denganadanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya ber
sifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

Metode Diskusi
Metode Diskusi dalam Pembelajaran Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam kehi... Metode diskusi menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran. Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang semangat bertanya dan minat perorangan. Tidak ada cara lain yang lebih sesuai untuk menjamin pengungkapan perorangan atau penerapan pelajaran.
Metode diskusi tidak sekedar perdebatan antar murid atau perdebatan antara guru dan murid. Juga diskusi tidak hanya terdiri dari mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menerima jawabannya. Diskusi ialah usaha seluruh kelas untuk mencapai pengertian di suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi sesuatu masalah, menjelaskan sebuah ide, atau menentukan tindakan yang akan diambil.
Para murid akan segera merasa apakah guru mengajukan diskusi yang sejati atau hanya memberi kesempatan beberapa orang murid mengemukakan pendapat mereka sebelum ia sendiri memberi jawaban yang menentukan. Agar diskusi bisa produktif harus ada suasana keramahan dan keterbukaan. Diskusi yang bermanfaat didasarkan atas rasa saling menghormati pendapat setiap orang yang hadir. Pemimpin diskusi dengan ikhlas mengajak yang lain untuk ikut serta dalam suatu usaha bersama.
Peranan guru yang memimpin suatu diskusi lebih sukar daripada bila ia memakai cara mengajar yang lain. Cara ini meminta persiapan yang seksama dan bimbingan yang cakap. Guru harus mempunyai latar belakang pengalaman dan simpanan pengetahuan agar dia bisa memimpin sebuah diskusi secara kreatif.
Meskipun pertanyaan atau masalah yang akan dibicarakan mungkin diajukan oleh seorang murid atau diketengahkan oleh guru, diskusi itu akan lebih menarik apabila membicarakan suatu masalah nyata yang berkaitan dengan kebutuhan kelas. Pentinglah bahwa masalah itu dikemukakan sedemikian rupa sehingga semua orang bisa mengerti sifat dan maknanya.
Selama diskusi pemimpin akan memakai pertanyaan dan komentar untuk memusatkan perhatian pada pokok persoalannya dan dengan demikian meneruskan diskusi tersebut. Kadang-kadang, guru perlu mengulangi dan meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau yang disimpulkan. Gurulah yang akan menentukan suasana sepanjang diskusi itu. Ia harus bisa merasa kapan ia harus membatasi mereka yang terlalu banyak bicara atau mendorong mereka yang ragu-ragu untuk ambil bagian.
Guru juga harus memberitahukan di mana murid menemukan bahan dan keterangan yang perlu. Dalam hal diskusi teologia atau alkitabiah, ia harus menyarankan bagian-bagian Alkitab yang berkaitan atau sumber-sumber keterangan lain. Ini tidak berarti bahwa guru yang harus menjawab semua pertanyaan. Sebaliknya, ia akan membantu para peserta menemukan jawaban-jawabannya.
Banyak diskusi yang berakhir dengan keputusan mengenai tindakan yang harus diambil. Seorang penulis menyarankan langkah-langkah berikut untuk memakai metode diskusi dengan baik:
1. Pengertian yang seksama akan masalahnya.
2. Cara-cara yang mungkin dilaksanakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Keputusan mengenai suatu tindakan tertentu.
4. Menetapkan sarana guna melaksanakan keputusan.
5. Melaksanakan keputusan.
6. Mengevaluasi hasil-hasil.
Metode diskusi akan berhasil apabila dipakai untuk orang dewasa dan juga kaum muda. Namun demikian, mengadakan diskusi dengan anak-anak merupakan pengalaman yang menyenangkan juga. Seringkali para guru menjadi terheran-heran mendengar pertanyaan-pertanyaan atau pendapat-pendapat yang dikemukakan anak-anak itu.

Metode Debat

Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
• Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
• Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
• Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
• Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
• Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
• Berpikir dan bertindak kreatif.
• Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
• Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
• Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
• Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
• Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving sebagai berikut
Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
• Memerlu kan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan
memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

Langkah-langkah:
• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
• Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
• Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
• Kelebihan
Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
• Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
• Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan
• Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
• Membutuhkan banyak waktu dan dana.
• Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini


Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

• Langkah-langkah:
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
• Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
• Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
• Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide
ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /
• Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya,
serta lakukan seperti di atas.
• Kesimpulan guru.
• Penutup.
• Kelebihan:
• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
• Setiap siswa mendapat peran.
• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.

Langkah-langkah:
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
• Menyajikan materi sebagai pengantar.
• Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
• Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
• gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Kesimpulan / rangkuman.
• Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.


Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1.Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses
kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi
kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5
hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga
didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap
berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu
laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah
metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
Seleksi topic
a. Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
c. Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah
a) di atas. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah

b).Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah
c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
d. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.

Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study

Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran
sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran
berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

No comments: